Aku masih disini, menelusuri denting detik dan waktu yang terus bergulir memakan hari.
Entahlah, aku ini bodoh atau terlalu merindumu. Aku hampir tidak sanggup membedakan, mana yang nyata dan mana yang kamuflase saja. Hanya rekahan senyuman semu yang berusaha aku tunjukan di celah hari-hariku bersama mereka. Namun, retakan dalam palung terdalam pun lama-lama tak tertahankah.
Aku masih bisa bertahan, saat banyak terbuka jalan, saat banyak yang datang dan kemudian singgah. Lalu, pergi begitu saja. Aku masih ingin bertahan, karena aku sadar, bukan seberapa banyak yang mencintai, tapi seberapa lama dia bertahan dalam keadaan yang tersulit sekalipun.
Pernah kamu berfikir? Seberapa kuat aku menahan? Tapi aku tak tahu mengapa, bahkan aku pun tidak bisa merasa sebal. Sejak awal, aku memang tidak bisa. Tahu tidak? Terkadang aku ingin sekali membalik apa yang sekarang sering kamu lakukan. Aku ingin kamu jadi aku, aku jadi kamu. Aaaahh keinginan konyol. Tapi, entah. Hati kecilku berkata "jangan". Karena cinta itu tentang ketulusan, bukan tentang bagaimana cara membalas kejahatan. Saat yang dikhawatirkan tidak memberi balasan, terkadang aku ingin sekali mengabaikan. Tapi, entah. Hati kecilku berkata "jangan". Karena cinta itu tentang memberi, namun tidak selalu harus mengaharap balasan.
Tapi, hey. Saat perhatian-perhatian kecil itu sudah mulai terabaikan secara perlahan. Banyak yang berfikir, "ah percuma, akan ku tinggalkan sajalah". Tapi.. aku bertahan. Mungkin ini sesuatu, semacam training untukku. Agar aku tidak terlalu bergantung, tidak terlalu kecanduan dengan hadirmu. Malah, ini bisa menjadi training melepaskanmu. Mungkin? Iya. Tapi aku hanya berharap, jangan ada penyesalan, yang kau akibatkan sendiri. Sekarang aku masih disini. Tapi ntah, Tuhan yang tau rencanya ini.
Satu setengah tahun yang lalu, dan aku masih disini. Pernahkah kamu berfikir?
#FIKSI
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting