Assalamualaikum ikhwan dan akhwat sekalian. Apa kabar pagi ini? Mudah-mudahan tetap sehat walafiat dan tetap dibawah lindungan Allah Swt yaaaa. Aamiin.
Pagi ini, ane mau berbagi pengalaman nih. Pengalaman yang menurut ane mayan lah buat di share disini. Masih berkaitan dengan agama kita, yap Islam tentu saja^^. Sungguh ane tak henti bersyukur dilahirkan sebagai seorang muslimah, tanpa harus bersusah payah mengenal Tuhan, tanpa sibuk mencari-cari kebenaran, eh sudah diberi amanah dan kepercayaan oleh Sang Pemilik Hidup untuk memeluk agamanya. Barakallah.
Nah, kali ini ana lebih mau ngajak antum semua untuk muhasabah diri nih. Merenungi jati diri kita sebagai seorang muslim, seorang khilafah di muka bumi ini. Merenungi nikmat Allah yang subhanallah besar dan tak henti-hentinya dicurahkan pada kita walaupun kita sering bermaksiat pada-Nya. Naudzubillah. Ane jadi sedih nih, huhu. Tapi, daripada penasaran. Ane langsung buka aja ya sesi muhasabah dirinya. Yuk disimak!
Who are we?
Siapa sih kita? Kita berasal darimana ya? Kok tiba-tiba kita ini menjadi "kita"? Terkadang pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dalam benak dan pikiran antum semua kan? Kita tidak pernah meminta Allah untuk menciptakan kita dan lahir ke dunia. Yang kita tahu, kita lahir dari rahim seorang Ibu dan benih dari seorang Ayah tanpa mengetahui maksud Allah menciptakan kita. Begitu banyak rahasia Allah yang tidak kita ketahui, begitu pula alasan mengapa ia menciptakan kita seorang perempuan dan laki-laki. Kita pun tak bisa memilih, di keluarga mana kita dilahirkan, beragama apa orang tua kita, kaya atau miskin kah keluarga kita. No one knows, and no one can know right? Nih, ana kasih kutipan tujuan Allah menciptakan kita di dunia
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Sungguh Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya. Lantas, apakah Allah butuh kita? Kalau Allah tidak butuh kita, lantas mengapa kita harus mengabdi pada-Nya? Menjadi hamba-Nya? Simak ayat Al-Qur;an berikut ini:
مَا أُرِيدُ
مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ
هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat
Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)
Allah tidak butuh kita. Kita yang butuh Allah. Allah menciptakan kita, lalu memberi kita rahmat, kasih sayang dan karunia dari-Nya, semata-mata hanya untuk kita, kembali kepada kita. Kita lagi yang menikmati, kita lagi yang enak, kita lagi deh yang diuntungin kalau kita mau taat dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Kalau gini, terbesit gak dibenak kalian "Nikmat Tuhan Yang Ini dan Itu Telah Aku Dustakan". Astaghfirullah... semoga kita senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya yaaa.
Allah, The Most Merciful
Masih berhubungan dengan nikmat yang diberikan Allah. Saat itu, ana sedang mengikuti kajian Islam pada hari Jum'at. Sang pemateri menyinggung kata-kata "Ar-rahman dan Ar-rahim" yang terdapat pada ayat ke 3 dalam surat Al-Fatihah. Sang Pemateri tiba-tiba menangis sesegukan saat membaca kalimat Allah itu. Beliau menjelaskan bagaimana beliau memikirkan, Allah selalu memberi apapun yang dipinta hamba-Nya walaupun tidak langsung, Allah selalu mendengarkan doa-doa hamba-Nya di siang dan malam hamba-Nya berdoa bahkan Allah tetap baik dan mencurahkan rahmat kepada golongan manusia yang enggan menyembah bahkan tidak menganggapnya sebagai Tuhan mereka.
Sejenak ana berpikir. Ya Allah...begitu Engkau Maha Baik. Engkau berikan segalanya kepada umatmu, tanpa memandang suku, ras bahkan apakah mereka seseorang yang ingkar pada-Mu ataupun tidak. Ya Allah...terkadang ana masih suka mengeluh akan nikmat yang Engkau berikan. Ana masih membandingkan nikmat yang ana dapat dengan nikmat orang lain. Ana lebih suka menuntut-Mu untuk mengabulkan doa-doa ana, dibandingkan terus berusaha untuk 'mendekati-Mu' lewat amal ibadah ana dan sembah sujud.
Padahal, Engkau lah pemilik siang dan malam. Engkau bisa saja cabut nikmat kami, nikmat ku dan nikmat mereka. Namun, sekali-kali tidak. Engkau tidak setega itu pada kami. Kami yang selalu membuat-Mu murka. Atas sikap dan perilaku kami yang tidak pantas. Mendustai-Mu, mengingkari-Mu, menghianati-Mu. Andai saja Engkau bukanlah Tuhan Maha Baik, Pengasih dan Penyayang. Ana tak mengerti lagi hukuman apa yang akan Engkau berikan pada ana. Bisa saja Engkau cabut nyawa ana detik ini supaya ana tak lagi berbuat maksiat. Rabb, maafkan keserakahan kami. Ketamakan kami. Sungguh, kami bersyukur terlahir Islam, memeluk Islam sebagai agama yang haq. Rabb, maafkan kami atas kelalaian kami kepada-Mu. Kuatkan hati dan iman kami, tautkan hati kami kepada-Mu dan agama-Mu. Aamiin.
Oleh: Casilda Aulia Rakhmadina
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting