Beberapa bulan terakhir, tepatnya sekitar bulan Oktober-Desember, setiap perguruan tinggi di Indonesia sedang gencar-gencarnya mengampanyekan Pemilihan Umum Raya atau biasa dikenal dengan PEMIRA. Istilah ini tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa, terutama mereka yang menggeluti bidang politik. PEMIRA merupakan pemilihan umum yang dilaksanakan untuk memilih pemimpin-pemimpin kampus, baik tingkat jurusan, fakultas dan universitas. Pemimpin-pemimpin kampus, seperti Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiswa dan Ketua Himpunan yang nantinya akan menjadi panutan, sarana atau perwakilan yang menampung segala aspirasi dan suara mahasiswa. Asas dari PEMIRA sama dengan PEMILU yang umumnya dilakukan untuk memiliki kepala daerah dan Presiden & Wakil Presiden Republik Indonesia, yakni LUBER JURDIL (Langsung-Bebas-Rahasia-Jujur-Adil).
Banyak dari calon-calon yang berasal dari independen ataupun diusung oleh organisasi mahasiswa eksternal kampus (OMEK) berlomba-lomba mencalonkan kader mereka masing-masing. Visi dan misi dibuat semenarik mungkin dengan polesan program kerja yang 'wah' dan janji-janji manis bertebaran yang bertujuan menarik perhatian massa agar mau memilih mereka. Semakin mendekati hari H pemilihan umum, semakin gencarlah kampanye dilaksanakan. Menurut beberapa survey acak yang tidak terlalu kongkret yang telah dilakukan, beberapa mahasiswa masih ragu dalam menyalurkan hak suara mereka. Berbagai alasan dilontarkan, mulai dari malas, tidak kenal calonnya, takut memilih karena kalau salah pilih bakalan kecipratan dosanya, takut pemimpin yang mereka pilih tidak amanah, makanya mending GOLPUT! Itu kata mereka. Ya, setiap orang memiliki cara pandang tersendiri dalam melihat suatu problematika atau kejadian disekitarnya, termasuk PEMIRA.
Tahukah kalian, sebenarnya menjadi pihak dengan predikat golongan putih (golput) bukanlah sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Alasan-alasan yang dilontarkan tidak cukup mewakili untuk menjadi alasan tidak memilih calon pemimpin kita selama beberapa periode ke depan. Mengapa saya berkata demikian? Ya, karena kitalah yang menentukan mau dibawa kemana kepemimpinan ini selama periode ke depan? Apabila alasan-alasan diatas tetap kekeuh untuk dijadikan dalih dalam menolak untuk menyumbangkan suara, lantas kita tidak usah sok protes apabila ada yang salah di kepemimpinan yang akan datang. Bukannya kita sendiri memilih untuk tidak ambil bagian dalam mengawal kepemimpinan baru? Bukannya kita sendiri yang tidak peduli? Coba kita renungkan, bagaimana kita menginginkan sesuatu yang baik jika kita tidak turut andil untuk ambil bagian di dalamnya? Kitalah yang menjadi penentu siapa dan bagaimana seorang pemimpin kita ke depannya.
Disisi lain, amanah yang saat ini sedang dibebankan pada pundak-pundak para pemimpin adalah sebuah tugas berat bagi mereka. Amanah tersebut merupakan mandat dari rakyat yang dipercayakan untuk menjalankan kepemimpinan selama periode ke depan. Ketika seorang pemimpin tidak dapat menjalankan amanah dengan baik, maka amanah tersebut justru akan menjadi bumerang bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Tetapi sebaliknya, jika seorang pemimpin mampu mengemban amanah dengan baik, maka surga untuknya. Berikut kutipan ayat Al-Qur'an tentang amanah:
Allah SWT berfirman,
Sifat Amanah dan Rahim di Akhirat nanti akan menjadi pengawal seseorang saat menyeberangi Sirath. Jika seseorang menjaga Amanah di dunia dan melakukan Silaturahim maka keduanya akan menyeberangkannya dengan selamat sampai Surga. Sebaliknya jika seseorang tidak menjaga Amanah di Dunia dan tidak melakukan Silaturahim maka keduanya tidak akan mampu mengawalnya menuju Surga. [1]
Oleh sebab itu, amanah tidak selayaknya menjadi suatu kebanggaan yang berlebihan, namun amanah haruslah dijadikan suatu cambukan agar dapat menjaganya dengan baik. Karena, amanah itu bisa menjadi surga nan indah untuk mereka yang mengembannya, namun juga bisa berbalik menjadi ladang dosa dan berbuah neraka, naudzubillah. Semoga kita yang saat ini sedang mengemban amanah dapat menjalankan dan menunaikan dengan baik, serta senantiasa meminta perlindungan Allah dari godaan setan dan hawa nafsu agar tidak mudah tergoda dalam menjalankan amanah ini. Aaamiin.
Penulis: Casilda Aulia Rakhmadina
Banyak dari calon-calon yang berasal dari independen ataupun diusung oleh organisasi mahasiswa eksternal kampus (OMEK) berlomba-lomba mencalonkan kader mereka masing-masing. Visi dan misi dibuat semenarik mungkin dengan polesan program kerja yang 'wah' dan janji-janji manis bertebaran yang bertujuan menarik perhatian massa agar mau memilih mereka. Semakin mendekati hari H pemilihan umum, semakin gencarlah kampanye dilaksanakan. Menurut beberapa survey acak yang tidak terlalu kongkret yang telah dilakukan, beberapa mahasiswa masih ragu dalam menyalurkan hak suara mereka. Berbagai alasan dilontarkan, mulai dari malas, tidak kenal calonnya, takut memilih karena kalau salah pilih bakalan kecipratan dosanya, takut pemimpin yang mereka pilih tidak amanah, makanya mending GOLPUT! Itu kata mereka. Ya, setiap orang memiliki cara pandang tersendiri dalam melihat suatu problematika atau kejadian disekitarnya, termasuk PEMIRA.
Tahukah kalian, sebenarnya menjadi pihak dengan predikat golongan putih (golput) bukanlah sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Alasan-alasan yang dilontarkan tidak cukup mewakili untuk menjadi alasan tidak memilih calon pemimpin kita selama beberapa periode ke depan. Mengapa saya berkata demikian? Ya, karena kitalah yang menentukan mau dibawa kemana kepemimpinan ini selama periode ke depan? Apabila alasan-alasan diatas tetap kekeuh untuk dijadikan dalih dalam menolak untuk menyumbangkan suara, lantas kita tidak usah sok protes apabila ada yang salah di kepemimpinan yang akan datang. Bukannya kita sendiri memilih untuk tidak ambil bagian dalam mengawal kepemimpinan baru? Bukannya kita sendiri yang tidak peduli? Coba kita renungkan, bagaimana kita menginginkan sesuatu yang baik jika kita tidak turut andil untuk ambil bagian di dalamnya? Kitalah yang menjadi penentu siapa dan bagaimana seorang pemimpin kita ke depannya.
Disisi lain, amanah yang saat ini sedang dibebankan pada pundak-pundak para pemimpin adalah sebuah tugas berat bagi mereka. Amanah tersebut merupakan mandat dari rakyat yang dipercayakan untuk menjalankan kepemimpinan selama periode ke depan. Ketika seorang pemimpin tidak dapat menjalankan amanah dengan baik, maka amanah tersebut justru akan menjadi bumerang bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Tetapi sebaliknya, jika seorang pemimpin mampu mengemban amanah dengan baik, maka surga untuknya. Berikut kutipan ayat Al-Qur'an tentang amanah:
Allah SWT berfirman,
إِنَّا عَرَضْنَا
الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ
كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya kami Telah
mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya
enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab: 72).[1]Sifat Amanah dan Rahim di Akhirat nanti akan menjadi pengawal seseorang saat menyeberangi Sirath. Jika seseorang menjaga Amanah di dunia dan melakukan Silaturahim maka keduanya akan menyeberangkannya dengan selamat sampai Surga. Sebaliknya jika seseorang tidak menjaga Amanah di Dunia dan tidak melakukan Silaturahim maka keduanya tidak akan mampu mengawalnya menuju Surga. [1]
Oleh sebab itu, amanah tidak selayaknya menjadi suatu kebanggaan yang berlebihan, namun amanah haruslah dijadikan suatu cambukan agar dapat menjaganya dengan baik. Karena, amanah itu bisa menjadi surga nan indah untuk mereka yang mengembannya, namun juga bisa berbalik menjadi ladang dosa dan berbuah neraka, naudzubillah. Semoga kita yang saat ini sedang mengemban amanah dapat menjalankan dan menunaikan dengan baik, serta senantiasa meminta perlindungan Allah dari godaan setan dan hawa nafsu agar tidak mudah tergoda dalam menjalankan amanah ini. Aaamiin.
Penulis: Casilda Aulia Rakhmadina
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting