[DAILY STORY: Perjalanan Seorang Hamba]
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam teman-teman bloggies sekalian. Rasanya sudah lama saya tidak menulis panjang lebar dan berbagi di blog pribadi ini. Sungguh, waktu ibarat pedang yang menumpas habis diri ini sehingga lupa bahwa ia semakin menggerogoti usia. Kali ini, saya ingin membuka suatu topik perbincangan yang baru, saya menamainya daily story. Why should I named it like that1? Because in this section I wanna to share my story and my experience. Hope it's insipiring you and us!
Well, akhir-akhir ini saya sedang sangat disibukkan oleh berbagai agenda perkuliahan, organisasi, kepenulisan, penelitian, dan ditambah lagi saat ini saya sedang menjalani ujian tengah semester which those all completely destroy my biological rhytm of sleeping. But, saya tetap bersyukur karena saya tahu, lelahnya kita dalam melakukan berbagai aktivitas yang membawa kebermanfaat not as tired as kalau kita menganggur tanpa melakukan hal apapun. To be honest, saya pernah satu hari (termasuk hari dimana saya menulis ini) hanya di rumah, tidak ada aktivitas rapat, ke bengkel, ke laboratorium, ke kampus, kemana-mana seperti biasanya, hanya di depan laptop, membersihkan kamar, olahraga sebentar, sangat monoton. Ternyata tidak enak ya? Alhamdulillah, aktivitas-aktivitas yang Allah percayakan kepada saya untuk diemban menjadikan saya manusia yang aktif dan semoga bisa bermanfaat bagi sesama.
BUT, IN THE OTHER SIDE....
Kesibukan yang diamanahkan kepada saya membuat saya cukup dilema. Ketika panggilan rindu dari orang tua sudah memuncak, lalu meminta saya untuk pulang, saya dengan sangat terpaksa menolaknya dengan halus dan memberikan berbagai pengertian akan kesibukan saya. Walaupun dengan sangat berat hati saya tahu, kedua orang tua saya kecewa karena saya lebih memilih bersama dengan segala rutinitas saya dan teman-teman saya disini, sedangkan mereka memendam rindu yang berkecamuk di kampung halaman saya. Padahal, jarak antara kampung halaman saya dengan perantauan tidak jauh, hanya terpaut 2 jam perjalanan. Akan tetapi sekali lagi, sungguh waktu menjadi pedang yang sangat tajam, menebas habis diri ini sehingga hampir tidak mampu membagi diri dengan bijak, bahkan hanya untuk kedua permata hati saya, Ayah dan Ibu.
Jadwal kegiatan yang begitu mengejar diri ini juga sempat membuat diri jauh dari-Nya. Sungguh, hal itu sangat terasa sekali, layaknya kita hidup, mendapatkan banyak pencapaian, tetapi ada satu rongga kosong yang menganga di hati, but you don't even know what is it until you realize, your Lord is missing you. Selama hampir dua bulan terakhir, rasa hampa di dalam hati semakin menggerogoti nurani. Jasmani memang terlihat sehat karena setiap hari asupan makan 4 sehat (nggak 5 sempurna) tidak lupa dilahap, akan tetapi rohani meraung-raung entah apa yang dicari? Ya... Saya kehilangan waktu bermesraan dengan Tuhan saya, Allah Subhanahu wata'ala.
Waktu yang saya pakai untuk bersimpuh dihadapan-Nya hanya sekedar melaksanakan kewajiban yang harus dilakukan, 5 kali dalam sehari, itupun tidak sampai 10 menit tiap kali sholat. Kegiatan sunnah sudah hampir tidak terjamah. Al-Qur'an saya pun tertutupi debu tipis lemari belajar, tergeletak lesu, merindukan entah kapan akan kembali disentuh dan dicium oleh pemiliknya. Ya, saya menjadi manusia futur selama 2 BULAN! Hidup bagai seenggoj daging tanpa arah, bisa tersenyum dan tertawa namun di dalamnya, fana.. kosong.. hampa. Apakah selama 2 bulan itu saya tidak sadar? TENTU SAYA SADAR 100% kalau saya sedang jauh dari Allah. Tetapi, hawa nafsu menutupi saya untuk kembali ke jalan yang lurus ketika itu. Sampai suatu ketika, rasa bersalah semakin bergelayut di hati dan pikiran saya, lalu saya iseng membuka YouTube dan melihat ceramah-ceramah Ustadz Khalid Basalamah. Disitulah, perjalanan futur seorang hamba yang berdosa mulai mendapatkan hidayahnya lagi...
Semenjak itu, saya sering mendengarkan ceramah-ceramah beliau (lagi), dimana sebelumnya saya lebih suka melihat VLOG Mukbang, video klip, trailer film, dan hobi mendownload lagu-lagu yang sebenarnya justru menjerumuskan saya lebih jauh lagi ke dalam dunia futur. Kemudian, saya sering menangis melihat diri saya yang jauh dari kata layak dikatakan sebagai seorang muslimah yang baik. Banyak dari teman-teman saya yang melihat diri saya "lebih" dalam hal agama, padahal ini semua karena Allah menutupi aib-aib saya yang mungkin apabila mereka tahu, mereka bahkan akan enggan berteman dengan saya. Selain itu, selama perjalanan saya menuju Allah lagi dan kembali ke jalan yang benar, saya sering mendengar kabar kematian, entah teman, saudara, atau tetangga. Dalam satu minggu, hampir 2-3x berita kepergian itu saya dengar melalui kabar pesan singkat atau microphone masjid di dekat kos-kosan saya. Kabar-kabar tersebut semakin menampar saya. Saya seakan diingatkan bahwa umur dan nafas ini hanya milik-Nya, sementara manusia hanyalah menjalankan apa yang telah dituliskan serta berusaha sebaik mungkin untuk menjadi khalifah di bumi ini.
Lalu, saya melihat dan bercermin pada diri saya sendiri. Saya menangis di depan kaca dan bertanya: "Apa tujuanmu hidup di dunia ini, Cas?". Pertanyaan itu menusuk relung bathin saya. Ya Allah, selama ini saya hanya menjadi budak dunia, mengejar dunia dengan mengorbankan kehidupan kekal setelah ini. Sibuk dengan segala urusan dunia sehingga rela kehilangan waktu dengan orang-orang tersayang dan Rabb-ku sendiri. Padahal diri ini tidak akan hidup selamanya, bagaimana jika ditanyakan dalam kuburku: "Apa yang telah engkau lakukan untuk agama ini?". What should I answer? Dan ketika hari itu datang, saya akan menyesal seumur hidup saya.
Setelah kembali tersadar akan segala kefuturan ini, saya mencoba mendekat kepada Sang Pemilik Hidup ini. Perlahan-lahan, terseok-seok, bahkan hingga menyalahkan diri sendiri, kenapa tidak bisa senikmat dulu saat sebelum semua ini terjadi? Tapi saya menyadari, perlahan namun pasti, semua akan kembali nikmat jika saya istiqomah. Istiqomah memang susah, tapi hasilnya sangat layak diperjuangkan. Ya, jannah-Nya. Semoga setelah ini, pelajaran hidup ini bisa membawa saya dan kalian yang membaca bisa lebih baik. Ingat tujuan hidup ini adalah meraih akhiratnya, kehidupan yang lebih kekal. Bukan berarti kalian harus meninggalkan dunia, tidak. Tapi harus seimbang, menggunakan akhirat sebagai ladang amal sehingga menjadi manusia yang tidak merugi ketika ditanya:
"Kau gunakan apa umur dan nafas yang Aku amanahkan kepadamu?"
Malang, 15 April 2017
Regards,
Casilda Aulia Rakhmadina
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting