Melepaskan sesuatu yang udah kamu impikan selama bertahun-tahun emang nggak akan pernah mudah. Kerap kali bayang-bayang penyesalan sering nampak di depan mata, "kenapa kesempatan kemarin nggak aku ambil aja ya?". But, setiap keputusan pasti ada resikonya kan? Walaupun menyakitkan, pasti ada sebuah pelajaran dibalik takdir yang mungkin memang belum tertulis untuk kita.
Aku sendiri sekarang sedang mengalaminya. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya di awal tahun 2019, aku mendaftar di kampus terbaik di bidang ilmu dan teknologi pangan. Mungkin bagi kalian yang anak tekpang tau kampus ini, Wageningen University and Research, the Netherlands. Siapa sih anak tekpang yang nggak pengen lanjut kuliah kesana? Aku yakin hampir 90% lebih pasti pengen banget lanjut ke WUR. Aku salah satunya. Setelah lulus, aku mulai kursus IELTS dan mati-matian buat dapetin skor yang bagus. Alhamdulillah, target itu berhasil aku raih dan bisa digunakan untuk daftar ke kampus impianku ini.
Berbekal sertifikat IELTS itu, aku mulai mempersiapkan diri untuk mendaftar. Berkas-berkas yang diperlukan menurutku tidak terlalu merepotkan. Let's say, administrasinya nggak ribet seperti di Indonesia pada umumnya. After completing those requirements, aku beranikan diri untuk submit. Antara pede, takut, khawatir, excited, cemas semua nyampur jadi satu. Kemudian, setelah +/- 7 hari berselang, aku dapat email dari tim seleksi international students dari Wageningen. Pas ngebuka email, aku udah deg-degan setengah mati karena takut nggak diterima. Yet, I was surprised! Aku dinyatakan keterima dan email itu berisi letter of acceptance (LoA). Seneng banget rasanya. Satu dari sekian list mimpiku bisa terwujud. Aku udah optimis dan semangat banget buat ngejar beasiswa yang bisa kasih financial support aku ketika ntar aku kuliah di kampus ini.
Selang dua bulan setelah dapat LoA, aku mendaftar salah satu beasiswa pemerintah belanda, yaitu StuNed. Aku mempersiapkan ini dengan matang, sampai-sampai aku ambil kursus scholarship preparation di salah satu tutor IELTS ku dulu. Beliau banyak membantu aku untuk pengerjaan dokumen-dokumen sampai proofreading tulisanku yang akan aku submit ke aplikasi beasiswa ini. Singkat cerita, aku udah submit H-2 sebelum penutupan beasiswa karena khawatir down. Sesuai guidelines beasiswanya, pengumuman akan diberitahukan bulan Juni. Jadi sekitar 2-3 bulan setelah submit (aku agak lupa).
However, sekitar sebulan setelah submit, aku iseng-iseng buka spam email. Aku scroll down ke bawah dan menemukan salah satu email dari StuNed. Disitu tertulis yang intinya aku dinyatakan tidak lolos seleksi beasiswa tersebut. Jujur, aku sedih banget karena beasiswa ini adalah satu-satunya beasiswa yang bisa support aku untuk kuliah di WUR. Why I say so? Karena beasiswa reguler dari LPDP sudah tidak mencantumkan Food Technology sebagai jurusan yang berhak menerima beasiswa, termasuk di WUR. Secara otomatis, aku tidak bisa berangkat mengingat biaya kuliah dan kehidupan di sana cukup mahal. Aku sempat menghitung secara keseluruhan hampir menyentuh 1 M. Dari sini aku masih menaruh harapan di LPDP 2019, berharap tiba-tiba Food Technology tercantum di salah satu jurusan yang bisa dapat beasiswa. Tapi ternyata, setelah pembukaan dan mengecek guide booknya, tetap tidak tercantum. Walhasil, aku harus rela melepaskan salah satu mimpi terbesarku. Hingga sekarang, aku masih sering bersedih terutama saat mendapatkan email reminder dari WUR untuk segera melakukan registrasi.
Tapi, aku berusaha untuk menyusun kembali puzzle semangat yang kemarin sempat berantakan karena gagal melanjutkan studi di kampus impianku. Aku mulai menyusun plan ABCDE lagi supaya tau kemana langkah kaki ini akan aku jejakkan. Saat ini, aku sedang proses pelengkapan dokumen untuk mendaftar beasiswa LPDP. Tentu saja aku tidak bisa memilih WUR, tetapi alhamdulillah masih ada beberapa alternatif universitas lain yang nggak kalah keren.Ya memang, melepaskan itu nggak pernah mudah. Namun, aku yakin aja sih kalo Allah pasti punya rencana yang jaaauuuhh lebih baik, diluar ekspektasiku. Rencana yang lebih membawa manfaat, lebih aku butuhkan, dan pastinya terbaik buat aku. Cheers!
Aku sendiri sekarang sedang mengalaminya. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya di awal tahun 2019, aku mendaftar di kampus terbaik di bidang ilmu dan teknologi pangan. Mungkin bagi kalian yang anak tekpang tau kampus ini, Wageningen University and Research, the Netherlands. Siapa sih anak tekpang yang nggak pengen lanjut kuliah kesana? Aku yakin hampir 90% lebih pasti pengen banget lanjut ke WUR. Aku salah satunya. Setelah lulus, aku mulai kursus IELTS dan mati-matian buat dapetin skor yang bagus. Alhamdulillah, target itu berhasil aku raih dan bisa digunakan untuk daftar ke kampus impianku ini.
Berbekal sertifikat IELTS itu, aku mulai mempersiapkan diri untuk mendaftar. Berkas-berkas yang diperlukan menurutku tidak terlalu merepotkan. Let's say, administrasinya nggak ribet seperti di Indonesia pada umumnya. After completing those requirements, aku beranikan diri untuk submit. Antara pede, takut, khawatir, excited, cemas semua nyampur jadi satu. Kemudian, setelah +/- 7 hari berselang, aku dapat email dari tim seleksi international students dari Wageningen. Pas ngebuka email, aku udah deg-degan setengah mati karena takut nggak diterima. Yet, I was surprised! Aku dinyatakan keterima dan email itu berisi letter of acceptance (LoA). Seneng banget rasanya. Satu dari sekian list mimpiku bisa terwujud. Aku udah optimis dan semangat banget buat ngejar beasiswa yang bisa kasih financial support aku ketika ntar aku kuliah di kampus ini.
Selang dua bulan setelah dapat LoA, aku mendaftar salah satu beasiswa pemerintah belanda, yaitu StuNed. Aku mempersiapkan ini dengan matang, sampai-sampai aku ambil kursus scholarship preparation di salah satu tutor IELTS ku dulu. Beliau banyak membantu aku untuk pengerjaan dokumen-dokumen sampai proofreading tulisanku yang akan aku submit ke aplikasi beasiswa ini. Singkat cerita, aku udah submit H-2 sebelum penutupan beasiswa karena khawatir down. Sesuai guidelines beasiswanya, pengumuman akan diberitahukan bulan Juni. Jadi sekitar 2-3 bulan setelah submit (aku agak lupa).
However, sekitar sebulan setelah submit, aku iseng-iseng buka spam email. Aku scroll down ke bawah dan menemukan salah satu email dari StuNed. Disitu tertulis yang intinya aku dinyatakan tidak lolos seleksi beasiswa tersebut. Jujur, aku sedih banget karena beasiswa ini adalah satu-satunya beasiswa yang bisa support aku untuk kuliah di WUR. Why I say so? Karena beasiswa reguler dari LPDP sudah tidak mencantumkan Food Technology sebagai jurusan yang berhak menerima beasiswa, termasuk di WUR. Secara otomatis, aku tidak bisa berangkat mengingat biaya kuliah dan kehidupan di sana cukup mahal. Aku sempat menghitung secara keseluruhan hampir menyentuh 1 M. Dari sini aku masih menaruh harapan di LPDP 2019, berharap tiba-tiba Food Technology tercantum di salah satu jurusan yang bisa dapat beasiswa. Tapi ternyata, setelah pembukaan dan mengecek guide booknya, tetap tidak tercantum. Walhasil, aku harus rela melepaskan salah satu mimpi terbesarku. Hingga sekarang, aku masih sering bersedih terutama saat mendapatkan email reminder dari WUR untuk segera melakukan registrasi.
Tapi, aku berusaha untuk menyusun kembali puzzle semangat yang kemarin sempat berantakan karena gagal melanjutkan studi di kampus impianku. Aku mulai menyusun plan ABCDE lagi supaya tau kemana langkah kaki ini akan aku jejakkan. Saat ini, aku sedang proses pelengkapan dokumen untuk mendaftar beasiswa LPDP. Tentu saja aku tidak bisa memilih WUR, tetapi alhamdulillah masih ada beberapa alternatif universitas lain yang nggak kalah keren.Ya memang, melepaskan itu nggak pernah mudah. Namun, aku yakin aja sih kalo Allah pasti punya rencana yang jaaauuuhh lebih baik, diluar ekspektasiku. Rencana yang lebih membawa manfaat, lebih aku butuhkan, dan pastinya terbaik buat aku. Cheers!
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting