summer break kali ini agak berbeda buat gue. bukan hanya karena gue mendekati masa-masa sidang dan pada akhirnya akan balik ke Indonesia, but mentally, I am extremely under pressure. awalnya gue nggak ngerti kenapa gue jadi pusing sendiri, males-malesan, gampang kesulut, disconnecting myself from the world, maunya di kamar aja 24/7. sampai pada akhirnya, gue scrolling di twitter dan nemu istilah burn out.
Source: @wantja |
beberapa tanda-tanda burn out, seperti yang gue sebutkan diatas, sedang gue alami saat ini. bahkan, gue sampai harus konseling ke psikolog (yang mana sangat membantu) supaya gue stay sane. even though konseling ini dimaksudkan untuk kondisi gue yang lain yang nggak perlu gue bagikan disini. setelah gue tarik ke belakang, rupanya gue jadi burn out karena sebelum-sebelumnya gue udah worked damn hard to finish my thesis, which eventually I did. however, dampaknya baru kerasa sekarang. ketika gue udah menyelesaikan tugas akhir, professor gue menyarankan untuk menulis jurnal dari hasil penelitian gue. seharusnya, nulis jurnal ini lebih mudah karena tinggal merangkum aja dari tulisan thesis gue. unfortunately, that's not the case.
gue yang biasanya bisa menyelesaikan tulisan singkat 10 halaman hanya dengan 1 minggu kerja, sampai 2 minggu pun draft jurnal gue masih 40%. it is so unlike me. never I ever be in this position before. last summer, jadwal gue super padat dengan kerjaan freelance translator and writer yang sangat gue nikmati. ya karena saat itu gue masih belum diribetin dengan tetek bengek per-thesis-an ini. beda banget dengan tahun ini, dimana gue demanded to prepare everything in advance sekaligus harus nyusun rencana-rencana masa depan setelah gue pulang di bulan Oktober nanti. I never thought it would be super exhausting.
sampai saat ini, gue masih berusaha cope with the current situation dan berdamai sama diri gue sendiri. sometimes, I realize that I am too hard on myself. gue pengen segalanya well-prepared and well-anticipated sehingga kalo ada kejadian-kejadian yang memungkinkan terjadi, gue udah bisa menangani sesuai dengan skema yang gue buat. nyatanya, hidup nggak semulus itu. gue juga sadar bahwa mungkin hal ini yang bikin gue jadi stress sendiri dan menyebabkan kondisi mental yang udah gue alami sejak kuliah S1 kambuh lagi. padahal, udah lama banget kondisi ini perlahan pulih, terutama sejak di Polandia. gue selalu punya harapan ke diri ini kalo gue nggak boleh ngeluh dan harus selalu kelihatan happy. yet, they don't even know what's hiding behind the closed door. I let people think that way. and maybe, will always do.
ya, semoga, setelah sidang 13 September 2021 nanti, gue bisa jauh lebih membaik. semoga ini cuma kompensasi stress gue yang udah kelewatan karena mikirin hal-hal di depan yang nggak seharusnya terlalu dipikirin. kadang, buat gue, lebih susah be present than prepare for the future. that's one of my flaws.
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting