Goresan tinta abu-abu pada segumpal awan putih diatas langit biru pada hari itu, seakan membuka tabir baru. Dunia yang aku tapaki ini, tidak selamanya berkawan manis denganku. Usia yang terus menggerogoti sendi-sendi yang kian merapuhkan tulangku, mau tak mau mengingatkan bahwa aku tak selamanya bisa melihat kefanaan yang indah dengan anugerah kedua mata ini dari Tuhan. Bentangan cakrawala luas berhias burung-burung menari berterbangan indah menuju pelabuhannya masing-masing, hanya sekedip terlihat lalu menghilang tertelan detik yang berlalu. Aku mengeryitkan dahi, lalu sejenak terlintas dalam benak: "Sekejap itukah aku menghirup nafas dan terhenti?". Langit yang semula bergelayut biru menyejukkan mata yang memandang kagum karena ciptaan-Nya, berubah menyakitkan saat jarum merajuk bergeser dari persinggahannya. Mentari yang gagah berani menunjukkan kharismanya menyinari seluruh pelosok bumi, hingga lubang-lubang semut hangat akan sinar emasnya. Waktu bagai pedang yang terus ...
a little piece of me is written here. love, casilda.