Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore teman-teman bloggies! Senang sekali saya bisa kembali diberi kesempatan untuk menulis di blog pribadi ini lagi. Bagaimana kabar teman-teman semua? In shaa Allah sehat-sehat ya dan terus berada dibawah lindungan Allah. Aamiin.
Saya mau berbagi pengalaman lagi nih. Bismillahirrahmanirrahim, tulisann ini saya buat karena iseng sekaligus berharap agar bermanfaat untuk siapapun pembacanya. Saya selalu menanamkan dalam diri saya bahwa setiap nafas adalah perjalanan yang akan dipertanggungjawabkan. Setiap tarikan nafas ini adalah satu kesempatan baru untuk menebar manfaat dan kebaikan. Setiap tarikan nafas ini adalah kehidupan dan kesempatan yang tidak layak untuk disia-siakan. Langsung saja cus ke ceritanya!
"Setiap tarikan nafas adalah kehidupan dan kesempatan yang tidak layak untuk disia-siakan"
Singkat cerita, saya diamanahkan sebagai sekretaris bidang riset dan teknologi di lembaga kedaulatan mahasiswa bidang keilmiahan bernama Agritech Research and Study Club (ARSC) Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Sudah lewat dari setengah periode saya jalani bersama partner saya, ketua bidangnya. Berbagai program kerja pun sudah digarap dan dirancang dengan baik. Beberapa sudah dieksekusi. Tetapi, ada satu hal yang mengganjal hati saya. "Adik-adikku ini mau masuk ke ARSC karena salah satu tujuannya adalah belajar menulis, riset, dan pengen jadi juara. Apakah aku sudah mewujudkan salah satunya?".
Berbekal pemikiran itu, saya memutuskan untuk banting setir. Bukan hanya mengejar program kerja yang mau tidak mau harus selesai sebelum rapat akhir periode, akan tetapi menjadi seseorang yang bermanfaat. Saya memutuskan bergerak dibalik layar, maju untuk menopang adik-adik saya, ya minimal bisa merasakan kompetisi tingkat nasional hingga ke final. Pelan-pelan saya tawarkan kepada mereka melalui grup line yang sengaja dibentuk tiap bidang untuk memudahkan koordinasi dan komunikasi. Akhirnya, satu-persatu mereka antusias dengan ajakan saya. Hingga akhirnya, saya memutuskan memilih dua orang adik-adik saya untuk saya ajak lomba. Kebetulan lomba tersebut di bidang pangan, otomatis saya memilih adik-adik saya yang mempunyai basis di bidang pangan karena saya berharap mereka bisa berkembang, belajar, sekaligus menambah wawasan tentang dunia pangan. Hitung-hitung regenerasi.
Hari demi hari berlalu. Mula-mula semangat itu menggebu-nggebu, tetapi tiba-tiba meredup dan hampir hilang. Saya mulai berusaha bergerak lagi, mengajak mereka untuk tetap pada tujuan awal, belajar. Namun akhirnya, salah satu dari adik saya memilih mundur karena memilih fokus terhadap urusan organisasinya. Saya tetap menghargai keputusannya karena memang semasa mahasiswa baru, adaptasi dengan lingkungan dan waktu yang kejar-kejaran harus dilakukan dengan trik yang tepat agar tidak merugikan diri sendiri. Tinggalah saya dan adik saya Fitri Rachmadita yang bertahan untuk melanjutkan tulisan kami yang akan diajukan pada lomba karya tulis ilmiah nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) bersama KEHATI. Subtema yang kami pilih adalah pemanfaatan pangan lokal untuk dijadikan produk inovatif dan berdaya saing. Saya memutuskan untuk mengangkat biskuit balita yang tinggi vitamin A untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA). Inovasi tersebut sebenarnya sudah pernah saya ajukan ke lomba lain, tetapi saat itu tidak tembus ke final. Akhirnya saya coba untuk mengajukannya lagi dengan merombak beberapa hal agar isinya semakin bagus dan menarik.
13 Juli 2017 - Ya Allah, apa gagal lagi?
Saya dan fidit mengerjakan paper kami sesuai dengan jobdesk yang telah dibagi sebelumnya. Kami sempat terhambat komunikasi karena saat itu sedang libur semester, dimana fidit sedang magang di Bogor karena diterima program exchange yang diselenggarakan oleh IAAS LC UB dan saya sedang di rumah menikmati liburan dan sibuk mengurus kompetisi lainnya, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh DIKTI. Tapi alhamdulillah, pengerjaan berjalan cukup baik, hingga pada akhirnya masalah muncul. Di akhir-akhir penutupan submit LKTI, saya lupa melengkapi paper kami dengan daftar isi, daftar gambar, lampiran, daftar pustaka dan lain sebagainya, serta beberapa syarat administrasi lainnya. Saya sempat frustasi ketika mengetahui bahwa waktu tinggal 5 menit lagi. "Ya Allah, 5 menit lagi. Apa gagal submit lagi? Ya Allah jangan sampai gagal. Saya membawa mimpi seseorang sekarang" gumam saya dalam hati dan saat itu ngomel-ngomel sendiri terhadap keteledoran yang saya lakukan. Tapi alhamdulillah, Allah Maha Baik. Paper kami akhirnya dapat terkirim dengan lancar dan tinggal menunggu pengumuman. Saat itu saya pasrah saja, karena saya sudah biasa mengalami kegagalan demi kegagalan di masa lampau. Akan tetapi, saya berpikir lagi, kali ini yang saya ajak bukan teman saya, bukan pula senior, tetapi adik tingkat saya. Alangkah bahagianya ketika saya berhasil menyumbangkan perhargaan untuknya di awal-awal semester muda ini.
15 Agustus 2017 - We made it!
Pagi itu, saya tidak memilik firasat apapun. Saya bangun tidur, kemudian ketiduran lagi hingga terbangun pukul 08.35 WIB hehe jangan ditiru ya, tapi ini beneran karena terlalu capek kok hehehe (ngueles :p). Seperti biasa saya cek handphone saya dan membuka pesan satu persatu. Akhirnya saya buka pesan dari teman saya yang kebetulan pengurus HMPPI. Saat saya buka, saya senang sekali mendapat kabar bahwa saya dan fidit menyabet juara 3 di kompetisi tersebut. Alhamdulillah. Saya senang. Bahagia yang saya rasakan lebih kepada saya setidaknya kali ini, berhasil membawa adik saya juara, bukan saya sendiri, bukan teman, bukan senior, tapi adik tingkat saya. Kabar itu juga saya infokan ke Fidit. Dia senang dan bilang kabar ini moodbooster baginya karena akhir-akhir ini dia sedang jenuh karena harus mempersiapkan OSPEK jurusan hehe. Alhamdulillah, kesempatan bertemu dengan usaha, doa, dan keikhlasan, in shaa Allah berbuah seperti apa yang diinginkan.
Akhirnya...
Ini bukan soal juaranya, pun bukan pula soal prestasinya. Akan tetapi, bagaimana menjadi seseorang yang bisa menebar manfaat. Ketika kamu menemukan kesempatan, gausah ragu untuk mencoba. Gagal? Coba lagi. Pasti ada celah kalau mau usaha, yakin, dan berdoa. Jangan lupa, kesempatan dan kebaikan serta pengetahuan itu dibagikan. Nggausah takut kalah, nggausah takut tersaingi. Toh ada pepatah, padi kalau semakin berisi semakin merunduk. Apa yang kita tebar, apa yang kita dapat, malah lebih banyak. Percaya deh hehe. Ketika apa yang kita lakukan bisa membuat orang lain bahagia itu, masya Allah, bagaikan stress release. Senengnya masya Allah. Semoga kita ngga bosan bersyukur, ngga bosan menebar kebaikan dan menebar manfaat ya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Yay! Sekian cerita pengalaman saya, mohon maaf kalo ada salah kata ya. Semoga bermanfaat. Terimakasih. Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting