Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam teman bloggies! Alhamdulillah kali ini saya ada kesempatan lagi untuk menulis dan berbagi pengalaman di blog pribadi saya. Pengalaman yang akan saya bagikan kali ini adalah pengalaman paling berkesan selama perjalanan kepenulisan ilmiah yang pernah saya jalani. Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Kompetisi yang saya dan tim saya ikuti yaitu Young International Innovation Exhibition di Universiti Teknologi MARA Kampus Negeri Sembilan, Malaysia pada tanggal 20-22 Agustus 2017. Yuk, langsung saja simak ceritanya!
19 Agustus 2017 - Your air flight has been delayed tomorrow morning...
Singkat cerita, saya Casilda Aulia Rakhmadina (THP 2014) dan tim saya yang terdiri dari Dimas Triardianto (TEP 2014) selaku leader, Emerald Falah Brayoga (THP 2014), Muhammad Sony Setiawan (TEP 2014) akan bertolak ke Malaysia karena kami akan mengikuti kompetisi inovasi yang bertema Future Innovation di Universiti Teknologi MARA Kampus Negeri Sembilan. Jauh-jauh hari sebelumnya, kami telah memesan tiket penerbangan menggunakan maskapai Air Asia pukul 21.05 WIB. Kami memilih penerbangan malam hari karena harga tiketnya lebih murah. Pukul 17.00 WIB kami tiba di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda, Surabaya. Kemudian, sekitar pukul 19.00 WIB kami check-in ke dalam ruang tunggu keberangkatan. Mulanya, kami tidak ada firasat apa-apa terkait dengan penerbangan kami malam itu. Namun, sekitar pukul 21.00 atau 20.30 WIB (saya agak lupa), tiba-tiba diumumkan jika pesawat kami mengalami kendala teknis sehingga penerbangan ditunda/dialihkan esok hari. Sempat terjadi keributan kecil karena terdapat beberapa penumpang yang memiliki connecting flight sehingga sangat berisiko ketika pesawat mereka delay atau dialihkan dengan jarak waktu yang cukup panjang. Setelah keributan itu mereda karena klarifikasi pihak Air Asia yang akan memberikan penginapan dan makan gratis kepada calon penumpang, kami akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Ya, paling tidak, kami tidak tidur diatas dinginnya lantai bandara. Walaupun kami mengalami kerugian waktu, hikmah yang kami ambil yaitu kami tidak perlu menunggu di Kuala Lumpur International Airport 2 dimana harusnya kami menunggu selama 12 jam dari pukul 00.00 hingga 14.00 WIB. Alhamdulillah. Pada saat di bandara Juanda pula, saya baru menyadari bahwa stand x-banner saya tertinggal di Malang. Seketika itu kami pun langsung menghubungi LO dan mencari alternatif agar tetap bisa mendirikan x-banner. Ditengah kegamangan tersebut, kami semua dibawa menuju hotel untuk beristirahat dan melakukan penerbangan keesokan harinya.
Sekitar pukul 06.30 WIB pagi, kami sarapan dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke bandara karena penerbangan kami dijadwalkan pukul 09.35 WIB. Setelah sarapan pagi, kami langsung diantar menuju bandara menggunakan bis lalu begitu sampai di bandara, kami langsung masuk dan melakukan check-in. Pesawat kami datang tepat waktu, sehingga penerbangan bisa dilakukan dengan segera mengingat waktu sudah mundur sekitar 12 jam. Kami pun masuk ke dalam pesawat. Kondisi pesawat saat itu cukup lengang karena penumpang dengan connecting flight lebih dahulu diberangkatkan tadi malam. Penerbangan Surabaya - Malaysia memakan waktu kurang lebih 2 jam 45 menit. Saya pun menikmati perjalanan sampai tertidur dan ketika terbangun saya sudah hampir sampai di Kuala Lumpur International Airport 2. Selisih waktu Indonesia dengan Malaysia terpaut 1 jam lebih lambat. Indonesia memiliki zona waktu GMT +7, sedangkan Malaysia GMT +8. Kami tiba di KLIA2 sekitar pukul 12.30 waktu Malaysia. Setelah itu kami menaiki bus bersama rombongan lain menuju UiTM (Universiti Teknologi MARA) Negeri Sembilan. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1-1,5 jam. Long story short, sampai di UiTM kami melakukan registrasi peserta. Dari sini kami tahu jika registrasi kami masih bermasalah. Uang registrasi kami tidak sampai ke Bank Berhad Malaysia. Namun, mengesampingkan itu, panitia tetap bersedia menampung kami selama perlombaan. Kami diberikan kunci kamar dan diantar untuk beristirahat.
Malam harinya kami berkumpul untuk membicarakan persiapan presentasi dan expo esok hari. Kami masih kesulitan menemukan x-banner karena kampus yang digunakan untuk kompetisi ini adalah kampus cabang dan gedung baru. Ditambah lagi kegiatan perkuliahan masih libur dan baru mulai dilaksanakan bulan September. Setelah berkumpul, kami diarahkan menuju Gedung Dewan Biduanda untuk melakukan persiapan alat, pemasangan banner, dan lain sebagainya. Kami mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan, termasuk sampel dan dekorasi. Jam demi jam berlalu, tiba waktunya malam tiba, kami masih mencari cara dan memutar otak bagaimana caranya mendapatkan X-BANNER. Namun, tiba-tiba LO kami menghubungi Dimas dan memberitahukan kalau dia berhasil mendapatkan X-BANNER pukul 23.00 waktu Malaysia Alhamdulillah. Rasanya langsung lega. Kami pun bisa beristirahat untuk mempersiapkan fisik dan mental yang akan digunakan keesokan hari.
21 Agustus 2017 - D-Day of Exhibition and Judging Session
Hari pameran dan penjurian pun tiba. Kami mempersiapkan diri dengan menggunakan jas almamater tercinta kami, Universitas Brawijaya. Kami berempat berjalan menuju Gedung Dewan Biduanda dimana kegiatan ini dilaksanakan. Sesampainya di lokasi, kami diarahkan untuk melakukan registrasi dan mengambil kaki x-banner yang semalam telah dipinjamkan oleh LO kami. Selanjutnya, kami menuju stand UNT015 (kode stand MAZTER). Setelah kami menata lagi alat dan mempersiapkan x-banner, kami terkejut ketika membuka kaki x-banner yang ternyata memiliki bentuk yang berbeda dengan kaki x-banner pada umumnya yang ada di Indonesia. X-Banner kami memiliki desain yang disesuaikan dengan kaki x-banner yang ada di Indonesia, tanpa ada ruang untuk memasukkan pipa yang berfungsi untuk merekatkannya dengan kaki x-banner. Kami kembali 'dipaksa' untuk memutar otak dan mencoba segala cara agar x-banner kami tetap bisa berdiri, mulai dari menggunakan gagang spidol, melipatnya membentuk pipa, namun semuanya gagal. Kami tetap berusaha mencari cara dengan meminjam pipa paralon milik kelompok lain, akan tetapi usaha tersebut belum juga berhasil. Sampai akhirnya, Dimas berinisiatif mengambil kardus untuk menyangga x-banner agar bisa berdiri dengan layak. Setelah Dimas kembali dari mengambil kardus di kamarnya, kami mulai berusaha membentuk kardus supaya kokoh menyangga x-banner. Setelah beberapa kali percobaan dengan merekatkan menggunakan stepless dan double-tip akhirnya BERHASIL! Kaki x-banner dapat ditegakkan dan banner pun dapat berdiri dengan layak dan baik.
Sesi penjurian untuk inovasi kami dijadwalkan setelah istirahat, makan, dan sholat yaitu sekitar pukul 14.30 waktu Malaysia. Namun sebelum penjurian, stand kami sudah banyak dikunjungi oleh pengunjung, mahasiswa, peserta, dan dosen-dosen lainnya. Long story short, tibalah masa penjurian. Juri yang mengunjungi stand kami yaitu 2 orang. Kami dicecar berbagai pertanyaan dan kritikan. Kedua juri tersebut sangatlah kritis. Mulai dari desain alat sampai harga alat ketika dikomersialkan, semuanya ditanyakan kepada kami. Kami menjelaskan dan menjawab pertanyaan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa inggris dan melayu mix Indonesia hehe. Saya, selaku penanggung jawab presentasi menjelaskan introduction alat, mekanisme, dan hasil uji serta sekilas kelebihan, kegunaan, target sasaran, dan peluang komersialisasi dengan menyertakan bukti paten alat, prosiding nasional dan internasional, serta bukti pendukung lain. Setelah masa penjurian selesai, salah seorang juri meminta foto kami bersama inovasi alat yang kami bawa. Tibalah masa penjurian selesai, seluruh peserta dipersilahkan duduk di VIP seat untuk mengikuti acara selanjutnya berupa pembukaan, sambutan, hingga penutupan. Tamu-tamu penting diundang pada saat itu, saya tidak terlalu paham jabatannya, tetapi saya menebak ada walikota diantara salah satu tamu-tamu kehormatan bergelar Dato' tersebut. Ada pula rektor dan jajarannya yang menempati VVIP seat. Saya dan teman-teman tim saya sempat terkejut dengan budaya yang dijalankan di Malaysia. Kami mengira, budaya kami 11:12 dengan mereka karena kami satu rumpun, akan tetapi tidak sebegitunya. Kami terkejut ketika tamu-tamu VVIP datang, semua orang yang ada diruangan diwajibkan berdiri hingga tamu VVIP duduk baru kami boleh duduk. Selain itu, kami juga terkejut ketika ada beberapa panitia yang menuangkan minuman ke gelas-gelas tamu-tamu VVIP sambil duduk. Saya dan teman saya Emma sampai hampir terbengong-bengong melihatnya. Tapi kami menyadari, budaya ini berlandaskan sistem pemerintahan yang digunakan. Kami menghargai budaya tersebut sebagai suatu keunikan yang belum pernah kami lihat sebelumnya di Indonesia. (saya tidak tahu lagi kalau misalnya di daerah kraton, apakah seperti ini juga?. Setelah semua rangkaian acara selesai, kami dipersilahkan meninggalkan Gedung Dewan Biduanda dan kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
TO BE CONTINUE...
Malam harinya kami berkumpul untuk membicarakan persiapan presentasi dan expo esok hari. Kami masih kesulitan menemukan x-banner karena kampus yang digunakan untuk kompetisi ini adalah kampus cabang dan gedung baru. Ditambah lagi kegiatan perkuliahan masih libur dan baru mulai dilaksanakan bulan September. Setelah berkumpul, kami diarahkan menuju Gedung Dewan Biduanda untuk melakukan persiapan alat, pemasangan banner, dan lain sebagainya. Kami mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan, termasuk sampel dan dekorasi. Jam demi jam berlalu, tiba waktunya malam tiba, kami masih mencari cara dan memutar otak bagaimana caranya mendapatkan X-BANNER. Namun, tiba-tiba LO kami menghubungi Dimas dan memberitahukan kalau dia berhasil mendapatkan X-BANNER pukul 23.00 waktu Malaysia Alhamdulillah. Rasanya langsung lega. Kami pun bisa beristirahat untuk mempersiapkan fisik dan mental yang akan digunakan keesokan hari.
21 Agustus 2017 - D-Day of Exhibition and Judging Session
Hari pameran dan penjurian pun tiba. Kami mempersiapkan diri dengan menggunakan jas almamater tercinta kami, Universitas Brawijaya. Kami berempat berjalan menuju Gedung Dewan Biduanda dimana kegiatan ini dilaksanakan. Sesampainya di lokasi, kami diarahkan untuk melakukan registrasi dan mengambil kaki x-banner yang semalam telah dipinjamkan oleh LO kami. Selanjutnya, kami menuju stand UNT015 (kode stand MAZTER). Setelah kami menata lagi alat dan mempersiapkan x-banner, kami terkejut ketika membuka kaki x-banner yang ternyata memiliki bentuk yang berbeda dengan kaki x-banner pada umumnya yang ada di Indonesia. X-Banner kami memiliki desain yang disesuaikan dengan kaki x-banner yang ada di Indonesia, tanpa ada ruang untuk memasukkan pipa yang berfungsi untuk merekatkannya dengan kaki x-banner. Kami kembali 'dipaksa' untuk memutar otak dan mencoba segala cara agar x-banner kami tetap bisa berdiri, mulai dari menggunakan gagang spidol, melipatnya membentuk pipa, namun semuanya gagal. Kami tetap berusaha mencari cara dengan meminjam pipa paralon milik kelompok lain, akan tetapi usaha tersebut belum juga berhasil. Sampai akhirnya, Dimas berinisiatif mengambil kardus untuk menyangga x-banner agar bisa berdiri dengan layak. Setelah Dimas kembali dari mengambil kardus di kamarnya, kami mulai berusaha membentuk kardus supaya kokoh menyangga x-banner. Setelah beberapa kali percobaan dengan merekatkan menggunakan stepless dan double-tip akhirnya BERHASIL! Kaki x-banner dapat ditegakkan dan banner pun dapat berdiri dengan layak dan baik.
Sesi penjurian untuk inovasi kami dijadwalkan setelah istirahat, makan, dan sholat yaitu sekitar pukul 14.30 waktu Malaysia. Namun sebelum penjurian, stand kami sudah banyak dikunjungi oleh pengunjung, mahasiswa, peserta, dan dosen-dosen lainnya. Long story short, tibalah masa penjurian. Juri yang mengunjungi stand kami yaitu 2 orang. Kami dicecar berbagai pertanyaan dan kritikan. Kedua juri tersebut sangatlah kritis. Mulai dari desain alat sampai harga alat ketika dikomersialkan, semuanya ditanyakan kepada kami. Kami menjelaskan dan menjawab pertanyaan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa inggris dan melayu mix Indonesia hehe. Saya, selaku penanggung jawab presentasi menjelaskan introduction alat, mekanisme, dan hasil uji serta sekilas kelebihan, kegunaan, target sasaran, dan peluang komersialisasi dengan menyertakan bukti paten alat, prosiding nasional dan internasional, serta bukti pendukung lain. Setelah masa penjurian selesai, salah seorang juri meminta foto kami bersama inovasi alat yang kami bawa. Tibalah masa penjurian selesai, seluruh peserta dipersilahkan duduk di VIP seat untuk mengikuti acara selanjutnya berupa pembukaan, sambutan, hingga penutupan. Tamu-tamu penting diundang pada saat itu, saya tidak terlalu paham jabatannya, tetapi saya menebak ada walikota diantara salah satu tamu-tamu kehormatan bergelar Dato' tersebut. Ada pula rektor dan jajarannya yang menempati VVIP seat. Saya dan teman-teman tim saya sempat terkejut dengan budaya yang dijalankan di Malaysia. Kami mengira, budaya kami 11:12 dengan mereka karena kami satu rumpun, akan tetapi tidak sebegitunya. Kami terkejut ketika tamu-tamu VVIP datang, semua orang yang ada diruangan diwajibkan berdiri hingga tamu VVIP duduk baru kami boleh duduk. Selain itu, kami juga terkejut ketika ada beberapa panitia yang menuangkan minuman ke gelas-gelas tamu-tamu VVIP sambil duduk. Saya dan teman saya Emma sampai hampir terbengong-bengong melihatnya. Tapi kami menyadari, budaya ini berlandaskan sistem pemerintahan yang digunakan. Kami menghargai budaya tersebut sebagai suatu keunikan yang belum pernah kami lihat sebelumnya di Indonesia. (saya tidak tahu lagi kalau misalnya di daerah kraton, apakah seperti ini juga?. Setelah semua rangkaian acara selesai, kami dipersilahkan meninggalkan Gedung Dewan Biduanda dan kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
TO BE CONTINUE...
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting