Mystery Box of Home
Movies
“Terjadi
lagi kasus penculikan seorang gadis kecil didaerah Kemang, Jakarta Selatan.
Gadis tersebut masih berusia sekitar 6 tahun. Menurut saksi, kejadian tersebut
terjadi tadi malam pukul 12. Anehnya, pelaku penculikan tidak meninggalkan
jejak sekalipun. Pagar, pintu rumah dan segala perabotannya tidak ada yang
hilang atau rusak. Polisi pun masih menyelidiki bagaimana pelaku tersebut bisa
masuk menerobos rumah tanpa ada kerusakan dan jejak sedikitpun. Demikian
breaking news siang ini, saya Paramitha Astuti melaporkan dari lokasi kejadian”
ujar presenter di TV. Siang itu, Aldi sedang serius menonton tv dan dia
mendapati kasus penculikan. Dalam seminggu ini, terjadi sekitar 5 kasus
penculikan anak kecil dibawah umur. Dan diduga pelakunya adalah orang yang
sama. “Gila nih orang, gimana bisa dia nyulik anak segitu banyak tanpa tercium
jejaknya? Heran gue” katanya berbicara sendiri. “Ah, jadi penasaran!”.
Keesokan
harinya, Aldi berangkat kuliah seperti biasa. Aldi adalah cowok asal Surabaya
yang kebetulan berkuliah di Jakarta. Dia menempati rumah kos sederhana didaerah
Jakarta Timur. Ia adalah seorang mahasiswa dari Universitas ternama di Jakarta.
Saat dia berjalan menuju halte busway, dia dicegat oleh seseorang “Woy Di! Mau
kemana lo? Nebeng gue aja gimana? Gue kebetulan mau ke kampus juga, ada mata
kuliah hari ini, mau nggak?” tawar Sony. Sony adalah teman akrab Aldi, mereka
satu kampus namun berbeda fakultas. “Ah, ntar gue ngerepotin lo lagi. Nggak
deh, makasih bro!” tolaknya halus. “Elaah, biasa aja kali. Kayak baru kenal
kemarin aja, ayo buruan entar keburu telat!” ajaknya. Kebetulan saat itu Sony
membawa mobil. “Beneran nih? Okedeh!” sahut Aldi, lalu ia pun masuk ke mobil
Sony.
20 menit
kemudian, tepatnya pukul 8.00 am, mereka tiba di kampus. “Thanks ya. Maaf
ngerepotin terus, jadi gak enak nih gue” kata Aldi sedikit sungkan. “Sama-sama
Di, biasa aja lagi, udah ah ayo kita buruan. Gue ada kuliah jam setengah 9 nih”
kata Sony. Mereka berdua bergegas menuju kampus masing-masing. Aldi bergegas
menuju kampus B, dia adalah mahasiswa fakultas Farmasi. Saat dia memasuki
kelas, ternyata masih kosong melompong. “God! Jam berapa ini? Gila bocah-bocah
nih, wah parah!” katanya bicara sendiri. “Yaudah lah, nunggu aja. Sambil
ngapain gitu. Parah anak-anak” gumamnya. Saat dia membaca buku tentang ilmu
Farmasi. Tiba-tiba dia mengingat kasus penculikan tadi malam. “Kok tiba-tiba
gue inget itu berita ya? Browsing aja deh, kali aja nemu sesuatu tentang
penculikan aneh itu”. Dia menyalakan laptop dan wi-fi, lalu mulai menjelajah
internet dan membaca berita-berita lebih lengkap soal penculikan yang
diberitakan semalam. Dia membaca dengan seksama dan mendetail. Aldi mulai
menganalisis tempat, korban, dan pukul berapa meraka diculik. Saat Aldi sedang
browsing, ia dikagetkan dengan kedatangan tukang kebun sekolahnya. “Permisi
den” ujar pak tukang kebun. “Waduh, bapak toh. Ngagetin aja pak. Mau bersihin
jendela kelas ya pak?” tanyaku. “Hehe iya den, maaf lho den udah ganggu”.
“Nggak papa kok, silahkan pak” kat Aldi mempersilahkan pak tukang kebun tadi
memasuki kelas”.
Dosen
akhirnya datang. Aldi segera menutup laptopnya. “Selamat pagi anak-anak” sapa
sang Dosen. “Selamat pagi Pak” jawab mereka. “Hari ini kita akan membahas
Farmakokinetika lanjut”. “Ya Tuhan!” gumam Aldi dalam hati. Dia tidak menyukai
materi terlalu banyak, dia lebih menyukai praktikum langsung dan meneliti
secara nyata. Pelajaran Farmakokinetika Lanjut berlangsung selama 2 jam. Selama
itu pula pikiran Aldi tidak berada didalam ruangan itu. Pikirannya jauh
melayang kepada kasus penculikan di berita semalam. Ia pun mulai mempunyai niat
untuk meneliti dan menyelidiki kasus ini secara mendalam. Aldi dibuat penasaran
oleh pelaku yang tidak meninggalkan jejak atau barang bukti sedikitpun di lima
lokasi kejadian. Pelajaran Farmakokinetika pun selesai pukul 11.00 pm, Aldi
bergegas menuju perpustakaan.
Di
perpustakaan ia mencoba mencari buku tentang kasus-kasus penculikan di dunia
dan penyelidikannya. Ia mencari-cari kasus yang mirip dengan penculikan di berita
semalam. “Ayo dong, ketemu please” ujarnya dengan suara pelan sambil
mencari-cari buku yang dia maksud. “Ah sial!” omelnya pelan. Sepertinya dia
tidak menemukan buku yang diinginkan. Tak putus asa, Aldi pun kembali
melanjutkan browsingnya. Ia tadi memboyong laptopnya ke perpus. Segera saja ia
berselancar di dunia maya untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang
kasus-kasus yang mirip dengan peculikan yang diselidikinya.
“Mana ini mana, ayo
dong” ujarnya pelan dan sedikit kesal karena ia sampai sekarang belum menemukan
informasi apapun tentang kasusnya. “Akhirnya! Makasih Tuhan!” teriaknya. Hal
ini membuat pengawas perpus langsung menghampirinya dan menegurnya. “Hey kamu.
Jangan teriak-teriak diperpus. Kasihan yang lain, tidak bisa konsentrasi” tegurnya
dengan halus. “Oh engg...Iya Pak. Maaf ya saya keceplosan hehe” katanya sambil
nyengir.
Aldi
melanjutkan penjelajahannya di dunia maya. Ia telah menemukan beberapa
informasi tentang penculikan tersebut. Tak disangka, Ia juga menemukan kasus
yang mirip dengan penculikan itu. Namun, kasus ini terjadi pada tahun 1968 di
India. Kasus ini bukan penculikan, tapi ritual sekte pemakan bangkai. “Ngeri
deh gue, masa ada manusia tega makan bangkai? Manusia jaman sekarang pada
gila!” ujarnya. Saat dia sedang asik membaca tiba-tiba dia dihampiri oleh Rizki.
“Di, lo nggak masuk kelas? Masuk dari 30 menit yang lalu” ujarnya memberitahu.
“Serius lo? Biarin deh!” jawab Aldi singkat. “Eh gila lo, ntar lo ketinggalan
pelajaran gimana?” tanya Rizki serius. “Ntar pinjem catetan si Doni kan bisa?
Haha”. “Bisa aja lo. By the way, ngapain lo disini? Sok sibuk banget!” goda
Rizki lau menjitak kepala Aldi. “Lo dateng-dateng bawa berita gak enak,
ngajakin ribut pula. Mending bantuin gue” kata Aldi. “Haha, bercanda. Bantuin
lo apaan emang?” tanya Rizki. “Ini nih, lo tau nggak? Akhir-akhir ini berita di
TV lagi santer-santernya kasus penculikan anak kecil, nah anehnya kasus 5
penculikan itu diduga dilakuin oleh pelaku yang sama. Gila nggak?” jelas Aldi
panjang lebar kepada Rizki. “What the! 5 kasus? Ngidam apa itu orang?” kata
Rizki kaget. “Yee mana gue tau, makanya bantu gue nyari informasinya. Lo bawa
HP nggak? Bantuin browsing kek di google, kali aja ada info yang nyelip di
salah satu web nya/blogspot” pinta Aldi. “Okedeh!” jawab Rizki.
Aldi
melanjutkan membaca kisah Sekte Pemakan Bangkai di India. Ia sedikit mempunyai
pikiran kalau penculikan ini ditujukan untuk ritual ilmu hitam. “Eh Ki, gue
punya pikiran kalau kasus ini ada hubungannya sama ritual pemujaan sekte ya? Ya
kayak Sumanto tuh, inget nggak? Dia kan makan bangkai buat jimat, kali aja
penculikan ini sama? Ya nggak sih?” ujar Aldi. “Iya juga sih, bisa jadi. Tapi,
sampai sekarang kan 5 bocah itu belum ditemuin, bernyawa atau nggak kan kita
belum tau Di. Jadi, untuk sekarang sih menurut gue, kita belum bisa nyimpulin.
Tapi kita punya dua opsi, bisa jadi untuk ilmu hitam atau untuk perdagangan
manusia” jelas Rizki panjang lebar. “Iya juga sih, makin penasaran gue”. “Lo
masukin gue ke kasus ini, gue jadi ikut galau” kata Rizki dengan muka bercanda.
“Galau galau, lo kira ini kasus percintaan apa?” sahut Aldi. Rizki pun cuma
tersenyum seperti tanpa dosa.
Jam
menunjukkan pukul 3 sore. Mata kuliah Farmasi pun telah selesai. Aldi pun
segera pulang dan menuju halte busway. Dia punya niatan untuk melanjutkan
pencariannya di dunia maya tentang kasus penculikan yang menurutnya aneh. Ia
tak sendirian, Rizki ikut membantu dan berencana menginap di kost Aldi selama
seminggu. “Thanks banget Ki, mau bantuin gue dengan segala rencana gila di otak
gue haha” kata Aldi sambil merangkul Rizki. “Ini lo yang buat gue masuk, sampai
ada apa-apa sama gue, lo gue jadiin jaminan haha”. “Eh gila lo!” ujar Aldi
kaget. “Haha nggak Di, iya sama-sama gue juga penasaran”. “Yaudah, begitu
nyampai kost an gue, langsung kita browsing lagi” sahut Aldi. “Gue nggak bawa
laptop, cuma HP doang, gimana dong? Apa gue balik ke kost dulu ya? Terus gue
cabut ke kost lo?” tanya Rizki. “Tenang, di kost gue ada WI-FI kok. Ibu kost
gue masang 3 minggu lalu, banyak diprotes sama anak-anak. Walaupun uang bulanan
naik, tapi untung sih ngebantu banget” kata Aldi panjang lebar. “Wah kost lo
canggih juga ya”. “Haha daripada ngomongin kost gue, mending kita buruan beli
tiket deh, ntar kehabisan berabe” potong Aldi.
25 menit
berlalu, mereka pun telah sampai di kost-kostan Aldi. Setelah itu mereka
langsung melaksanakan ibadah sholat Ashar terlebih dahulu, kemudian mereka
melanjutkan penjelajahan informasi di dunia maya. “Di, gue nemu informasi
tentang metode penculikan yang akhir-akhir ini santer banget dipake sama para
penculik” ceplos Rizki. “Serius lo? Gimana? Gimana?” sahut Aldi. “Jadi gini,
disini tertulis kalau ada beberapa kasus penculikan yang penculiknya
menghilangkan jejak. Mereka ngegunain ilmu yang sedikit mistis. Jadi, ada semacam
bubuk yang dia gunain sebelum beraksi. Bubuk itu bisa ngebuat penghuni rumah
tertidur pulas dan benar-benar hilang kesadaran. Penculik ini sebelum beraksi juga melakukan ritual khusus. Mereka
biasanya disuruh gambar sebuah simbol di salah satu anggota tubuh mereka.
Simbol ini pertanda pemujaan mereka terhadap Dewa atau semacamnya, dan juga
sebagai tanda pengikut Dewa itu” jelas Rizki panjang lebar. “Wah, rumit banget
ya. Tapi, apa disitu nggak dijelasin simbol hanya ada di bagian tubuh pelaku?
Barangkali dia juga gambar simbol itu di tempat dimana dia nyulik para korban?”
tanya Aldi. “Disini cuma dijelasin, pelaku ngegambar simbol itu di bagian leher
belakang mereka. Simbol itu bentuknya mirip aksara jawa kuno, dan berwarna
merah. Terkadang ada juga simbol persegi yang didalamnya ada tulisan jawa kuno
dan lambang matahari” jelas Rizki lagi. “Bakalan jadi case yang menarik” ujar
Aldi.
3 hari sudah
mereka berkecimpung dengan dunia maya dan kasus penculikan tersebut.
Setelah
dirasa cukup, mereka akhirnya mulai menyusun suatu rencana agar bisa membongkar
kasus ini. Hari ini, mereka kuliah seperti biasa. Rizki masih tetap tinggal di
kost Aldi. Mereka berdua berangkat ke kampus menggunakan busway seperti biasa. Namun
kali ini, mereka berangkat lebih pagi pukul 6.00 am. Karena mereka ingin
langsung ke perpustakaan untuk membicarakan rencana untuk membongkar kasus yang
kini mereka selidiki. “Ntar begitu sampai, kita cabut ke perpus. Gue makin
penasaran” ujar Aldi. “Oke! Gue juga, ntar gue ada kelas jam 9 sih, jadi santai
aja” jawab Rizki. 30 menit berlalu, akhirnya mereka pun sampai di kampus.
Mereka segera bergegas menuju perpustakaan. Sampai disana, sayangnya
perpustakaan masih tutup. Petugas pun belum terlihat batang hidungnya. “Pada
kemana nih orang-orang? Pada masuk siang kali ya?” gerutu Rizki. “Kayaknya sih,
perpus di kampus A buka nggak sih?” tanya Aldi. “Mana gue tau. Lagian jauh juga
kampus A, mending kita nungguin aja sampai petugas dateng, ntar langsung kita
masuk. Daripada bolak balik, buang-buang waktu juga” jawab Rizki dengan sedikit
kesal.
Setelah 15
menit menunggu, akhirnya petugas perpus datang. “Sudah nunggu lama ya? Maaf
tadi saya kejebak macet” ujar Bu Suci, petugas perpus yang hari ini kebetulan
sedang bertugas. “Iya Bu, sudah 15 menit sih, tapi nggak papa kok” ujar Aldi. Setelah
Bu Suci membuka pintu perpus, Aldi dan Rizki pun memasuki ruangan. Aldi segera
menyalakan laptopnya dan memulai perencanaan. “Gue udah punya pikiran gini dari
awal. Kita udah ngumpulin info cukup tentang 5 kasus itu. Dan kita juga udah
nyatetin alamat korban, gimana kalau kita pulang kuliah nanti langsung cabut ke
rumah korban? Kita kerumah korban pertama, kita wawancarain orang tuanya, terus
kita korek informasi dan detail kronologi kejadiannya. Terus, setelah kita
dapet info yang cukup, kita ke alamat korban kedua dan yang lainnya, gimana? “
jelas Aldi panjang lebar. “Boleh juga
ide lo, tapi kita juga perlu ngumpulin informasi dari kepolisian. Karena mereka
kan udah olah TKP, jadi seenggaknya mereka punya data bukti apa yang mereka
temukan di TKP. Jadi, itu bakalan mempermudah penyelidikan kita” usul Rizki.
“Oke, beres. Kita mulai pulang kuliah ini, lo selesai jam berapa?” tanya Aldi.
“Mungkin kurang lebih jam 3 atau 4 sore gue udah keluar” jawab Rizki. “Oke
clear, gue jam 3 atau setengah 4 udah keluar, gue ke kelas dulu ya”. Aldi dan
Rizki pergi meninggalkan perpus dan bergegas menuju ke kelas masing-masing
karena jam sudah menunjukkan pukul 8.30 am.
7 jam
berlalu, jam menunjukkan pukul 3.30. Kelas Aldi berakhir, ia pun keluar
terlebih dahulu dan menuju kelas Rizki. Kebetulan Fakultas Farmasi berada tidak
jauh dari Fakultas Kedokteran Umum, fakultas yang diduduki oleh Rizki sekarang.
“Serius gue harus nungguin 30 menit? God!” gumam Aldi dalam hati. Dan benar,
Aldi menunggu selama 30 menit. Pukul 4.00 pm tepat, Rizki keluar dari kelasnya.
“Sorry ya, pelajaran gue ribet banget hari ini. Hehehe” ujar Rizki sambil
tersenyum lebar dengan tampang tak berdosa. “Iya, udah ayo langsung aja, biar
nggak kemalaman balik ke kost” ajak Aldi. Mereka berdua langsung berjalan
keluar dari kampus. Sesampainya didepan kampus, mereka langsung menyegat
angkutan kota, dan menuju alamat korban pertama. Alamatnya kebetulan tidak
berada jauh dari kampus mereka. 10 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di
sebuah gang kecil. Mereka turun, dan segera menelusuri gang kecil tersebut.
“Blok berapa rumahnya Ki?” tanya Aldi pada Rizki. “Blok AE-15, tulisannya
dikoran sih gitu” jawab Rizki. “Yaudah, kita harus sabar nyarinya”. 5 menit
mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di alamat yang ditulis di koran, AE-15.
“Assalamu’alaikum,
permisi” kata Aldi sambil mengetuk pintu rumah tersebut. Dari dalam rumah,
muncul seorang perempuan setengah baya, dengan jalan agak tergopoh-gopoh, ia
membuka pintu. “Wa’alaikumsalam” jawabnya sambil membuka pintu. “Permisi Bu,
saya boleh bertemu dengan orang tua Rita?” tanya Rizki dengan sopan. “Dengan
saya sendiri, ini dengan nak siapa ya?” tanya Ibu tersebut. “Perkenalkan, saya
Rizki, dan ini teman saya Aldi” kata Rizki sambil memeperkenalkan Aldi. Aldi
tersenyum dan berjabat tangan dengan Ibu tersebut. “Oh iya nak, maaf ada
keperluan apa ya?” tanya Ibu itu lagi. “Oh iya Bu, maaf sebelumnya. Bolehkah
kita berdua mewawancarai Ibu tentang kasus penculikan Rita, anak Ibu? Kami
sedang melakukan penyelidikan tentang kasus ini Bu. Barangkali dengan bantuan
informasi dari Ibu, kita bisa terbantu melakukan penyelidikan ini, bolehkah
Bu?” tanya Rizki panjang lebar. Dengan sedikit ragu yang tersirat di wajah Ibu
itu, ia mengiyakan. “Hmm..Boleh nak, silahkan masuk” jawab Ibu itu sambil
mempersilahkan Aldi dan Rizki masuk kedalam rumahnya.
Mereka
berdua dipersilahkan untuk duduk oleh Ibu setengah baya tersebut. “Sebelumnya,
maaf Bu. Ini dengan Ibu siapa?” tanya Aldi. “Oh iya nak, tidak apa-apa. Nama
saya Ibu Ningsih” jawab Ibu Ningsih. “Begini Bu, tujuan kami kesini adalah
untuk mewawancarai Ibu beberapa pertanyaan mengenai penculikan anak Ibu, apakah
Ibu tidak keberatan?” tanya Aldi. “Boleh nak, tidak apa-apa” sahut Ibu Ningsih.
“Bisa Ibu ceritakan bagaimana kronologi kejadian penculikan itu?” tanya Aldi.
“Begini nak, waktu itu Ibu sedang tidur lelap. Kejadian itu terjadi tepat pukul
12 malam. Tidak ada tanda atau suara aneh malam itu. Namun tiba-tiba keesokan
harinya, anak Ibu , Rita menghilang” jelas Ibu itu dengan suara terbata menahan
tangis. “Tidak ada kejadian aneh sebelum penculikan tersebut terjadi?” tanya
Aldi lagi. “Tidak ada nak, sama sekali. Bahkan sidik jari pun, tidak ada” jawab
Ibu Ningsih. Aldi pun semakin heran. Rizki juga. Namun, mereka jadi semakin
yakin kalau peristiwa penculikan ini berhubungan dengan artikel yang mereka
temukan, tentang simbol-simbol pemujaan itu. “Mmm..Begitu ya Bu? Oke Bu.
Terimakasih atas waktunya. Jawaban-jawaban yang ibu berikan tadi sangat
membantu penyelidikan kami” ucap Rizki. “Iya nak sama-sama. Semoga
penyelidikannya berhasil. Dan Ibu juga minta tolong, anak Ibu si Rita, tolong
temukan ya nak? Dalam keadaan apa pun,
Ibu ikhlas” kata Ibu Ningsih sambil terisak. “Iya Bu, In Shaa Allah kami pasti
akan membantu Ibu menemukan anak Ibu dan mengungkap kasus ini” jawab Rizki.
Penyelidikan
pun semakin seru dengan bertambahnya pengakuan dari Ibu Ningsih.
BAGAIMANA KISAH SELANJUTNYA? APAKAH ALDI DAN RIZKI BERHASIL MEMECAHKAN KASUS PENCULIKAN MISTERIUS INI? TUNGGU CERITA SELANJUTNYA DI "MYSTERY BOX OF HOME MOVIES PART 2" hanya di mynameiscasilda.blogspot.com
MADE BY : CASILDA AULIA RAKHMADINA
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting