Langsung ke konten utama

Rantai Kebaikan

Halo! Rasanya udah lama banget ngga nulis di blog ini, since I must work on all those scholarships' requirements. But, that's completely okay. I am back! It is gonna be my first post in March

Jadi, beberapa waktu ini aku sering berkomunikasi dengan kakak-kakak tingkatku yang (alhamdulillah) udah dapet beasiswa ke berbagai negara, salah satunya Belanda. Karena rasa penasaran, aku sering tanya banyak hal terutama how they could achieve the scholarship? 

Sebagian besar jawaban beliau-beliau adalah :
1. Persiapan yang matang, termasuk memperlancar bahasa inggris, mempersiapkan dokumen-dokumen dan lain sebagainya
2. Siap dengan segala resiko di depan, termasuk siap menghadapi kegagalan
3. Banyak-banyak nyari informasi
4. Restu orang tua
5. Banyak berbuat baik

Untuk poin 1-3 aku cukup memahami karena memang 3 poin itu sangat amat penting dilakukan buat kita-kita yang sedang berjuang untuk meraih cita-cita bisa sekolah di luar negeri. Nggak dipungkiri, untuk mendaftar beasiswa ke luar negeri emang nggak bisa disiapkan hanya dalam waktu yang singkat.

Tapi, yang cukup unik buatku adalah 2 poin terakhir. Yup, ridhonya orang tua dan banyak-banyak menebar kebaikan. Rasa penasaran yang menggelitik akhirnya membuatku untuk memberanikan diri bertanya (intinya begini ya, aku ngga hafal detail lengkapnya wk):
*C = aku
*M = masnya
----------------------------------------

C: Emang seberapa pentingnya restu ortu mas? Ada pengalaman kah terkait ini?
M: Penting banget dek. Walaupun awalnya aku bandel, ngga nurutin apa kata orang tua untuk nyoba S2 dulu. Aku malah daftar kerja terus dan hasilnya selalu banyak gagalnya. Sepertinya emang bener, kata-kata orang tua itu manjur ya. Apa-apa yang direstuin sama beliau selalu jadi ridhonya Allah. Setiap aku melangkah menuju dunia kerja, aku seakan semakin dijauhkan, tetapi malah didekatkan sama beasiswa S2.
C: Wah bisa gitu ya mas. Emang sih kita ngga tau juga yang terbaik buat kita itu apa. Tapi, mostly, apa kata orang tua itu seringnya emang terbaik buat kita. Ya, walaupun kadang kita harus battle sama ego sendiri ya mas.
M: Iya dek. Ya, alhamdulillah sekarang dikasih kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
C: Iya mas, alhamdulillah. Oiya mas, maaf ya sebelumnya aku banyak nanya-nanya tentang beasiswa.
M: Selo dek. Aku dulu juga dibantu sama banyak orang kok. Ya, yang bisa aku lakuin sekarang tuh ya nerusin kebaikan-kebaikan mereka ke yang lain, termasuk ke kamu. Apa yang bisa aku bantu, ya aku bantuin semampuku.

----------------------------------------

unsplash/@jonasvincentb

Rantai kebaikan. Semakin panjang, maka semakin deras pula manfaatnya. Semakin panjang, semakin banyak penerimanya. Kebaikan-kebaikan itu akan kembali kepada sang empunya, walau tanpa disadari olehnya. Semisterius itu cara kerja Allah untuk membalas kebaikan-kebaikan kita pada sesama. Tidak masuk di nalar, tapi terjadi dengan begitu indah sesuai dengan garis yang masing-masing telah dituliskan.

Di akhir percakapan itu aku menyatakan bahwa, mungkin saja kebaikan-kebaikan yang kakak tingkatku lakukan sebelumnya memberikan buah yang manis di akhir proses ikhtiar dan tawakalnya. Kebaikannya untuk (akhirnya) memberikan hadiah terbaik pada orang tuanya berupa menuruti nasihat untuk mengenyam pendidikan tinggi atau kebaikannya untuk membantu sesama dengan konsep "aku udah dibantu, jadi aku bantu juga yang lain, biar kebaikannya terus ngalir".

Setelah itu Allah berikan rejeki yang tidak terduga. Walau harus jatuh bangun melawan ego dan kegagalan, tapi Allah hadiahkan yang terbaik, sesuai dengan garis takdirnya. Tentu, takdir tidak hanya dipasrahkan, tapi diusahakan.

Aku selalu takjub mendengar banyak cerita tentang kebaikan. Salah satunya punya kakak tingkatku ini. Ya, walaupun beliau bilang "ini sungguh misteri dek, aku bilangnya sih anomali" (sampai aku hafal nih kata-katanya wkwk). Tapi, aku banyak belajar juga dari beliau dan banyak terbantu selama proses pendaftaran universitas dan beasiswa. Salah satunya juga, berkat beliau, aku bisa mendapat LoA dari salah satu kampus terbaik di bidangku yang dari dulu aku impi-impikan. Semoga aku dan kita bisa meniru pola kebaikannya supaya pahalanya ngalir terus ya!





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku