Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sajak-sajakku <3

Peduli

Memang benar. Peduli itu melelahkan. Memaksa untuk terus memberikan perhatian kepada sesuatu secara berulang-ulang, terdengar sangat membosankan. Memang benar. Peduli itu menyakitkan. Ketika sesuatu yang kamu pedulikan ternyata merasa tidak perlu diberikan perhatian. Atau bahkan, tidak menyadari bahwa dirinya sedang dipedulikan? Memang benar. Peduli itu memberikan harapan. Harapan untuk terus mempedulikan, atau dipedulikan. Bahkan harapan untuk mendapatkan perhatian yang sama atau lebih? Mungkin. Memang benar. Peduli itu belajar merelakan. Rela untuk diabaikan. Rela untuk diacuhkan. Hingga rela bahwa kepedulian itu dianggap sesuatu yang berlebihan. Memang benar. Peduli itu belajar sabar. Sabar terhadap sesuatu yang kamu beri perhatian. Sabar terhadap seseorang yang tidak sadar sedang diberi perhatian dan dirindukan. Sabar dalam penantian. Mungkin peduliku berlebihan. Tetapi, inilah yang bisa aku berikan. Waktu dan perhatian.

Bertahanlah, Sedikit Lebih Lama

Aku tau. Hidup yang kamu pilih ini berbeda dengan teman-temanmu. Dan, aku pun tau. Terasa lebih berat ketika amanah-amanah itu datang silih berganti, seakan tiada henti. Aku bisa mengerti bahwa ragamu ingin sejenak menepi. Setelah lelah menjalani hari-hari yang menguras pikiran dan hati. Tetapi, sebagai seseorang yang mendampingimu sejauh ini, aku harus menyadari bahwa peranmu sangat berarti. Awalnya berat hati ini untuk merelakan, segala sesuatu yang telah kita rencanakan. Namun, sekali lagi, kita pun harus menyerah dengan keadaan. Mengalah tampaknya menjadi satu-satunya jalan yang bisa kita berikan. Teruntuk kamu yang sedang berjuang menjadi seorang teladan. Pundakmu mungkin lelah, pikiranmu mungkin penat, dan hatimu mungkin rapuh. Tapi ingatlah, segala yang terjadi telah dibuat dengan teratur. Bertahanlah, sedikit lebih lama. Berjuanglah, sedikit lebih tangguh. Dan bersabarlah, seluas hatimu yang bisa kamu berikan . Karena lautan keindahan akan waktu yang telah kamu sisihkan men...

Kau Tahu Rasanya?

Apakah kau tahu rasanya memendam masa lalu yang cukup membuat hati ngilu?  Dan apakah kau tahu rasanya, membunuh kenangan yang hilang sekejap kemudian melayang-layang hingga engkau terjaga pada malam yang panjang? Apa kau yakin kau tahu rasanya mencoba berlari sekuat tenaga untuk mengobati luka yang tanpa kau sadari kau buat dengan sengaja? Rasanya seperti, kau mencoba menguras telaga ditengah hujan lebat yang mengguyur tubuhmu Seberapa bertahannya engkau, kenangan itu selalu mengikuti, seperti bayangan dirimu. Ingin menghapus memori namun engkau sungguh terlalu naif untuk itu. Duhai diri... Masa lalu tidak untuk disesali, namun cobalah untuk engkau perbaiki. Mulailah menata satu per satu potongan puzzle, takdir dari Ilahi. Duhai diri... Khilafmu adalah masa kelam yang tidak perlu engkau selalu menyalahkan kenangan Sungguh, kesadaranmu saat ini haruslah membuatmu bersyukur karena Tuhan masih menginginkanmu kembali. Berdamailah, berdamailah dengan hati. Karena...

Duhai Diri....

Suatu sore di bulan Desember Senja menampakkan kehadirannya Goresan cahaya jingga mulai semburat di cakrawala Memberikan tanda lembaran waktu akan berganti malam Jingga mulai hilang Menyisakan diri ini yang terduduk sendiri bersama sepi Malam setia menemani Dengan secangkir kopi, aku termenung lagi Wahai hati... Mengapa engkau berpihak pada hati yang lain? Hingga engkau tersakiti? Bukankah ada yang lebih berhak untuk mendapatkan perasaan ini? Wahai hati... Mengapakah engkau condong kepada hati yang lain? Hingga engkau lupa akan Pemilikmu seseungguhnya? Bukankah apa yang engkau simpan akan ditunjukkan suatu hari nanti? Wahai hati... Begitu lancang engkau menyimpan satu nama Hingga engkau lupa untuk menyisakan satu nama dalam dirimu Nama yang tak akan lekang dimakan oleh waktu Duhai diri... Mengapa engkau takut untuk kehilangan seseorang yang kau nanti? Padahal dirimu sendiri bukanlah milikmu Padahal dirimu hanyalah seonggok jasad yang akan kembali pada Pencip...

Pantaskah Aku Berbangga Pada Diriku?

Goresan tinta abu-abu pada segumpal awan putih diatas langit biru pada hari itu, seakan membuka tabir baru. Dunia yang aku tapaki ini, tidak selamanya berkawan manis denganku. Usia yang terus menggerogoti sendi-sendi yang kian merapuhkan tulangku, mau tak mau mengingatkan bahwa aku tak selamanya bisa melihat kefanaan yang indah dengan anugerah kedua mata ini dari Tuhan. Bentangan cakrawala luas berhias burung-burung menari berterbangan indah menuju pelabuhannya masing-masing, hanya sekedip terlihat lalu menghilang tertelan detik yang berlalu. Aku mengeryitkan dahi, lalu sejenak terlintas dalam benak: "Sekejap itukah aku menghirup nafas dan terhenti?". Langit yang semula bergelayut biru menyejukkan mata yang memandang kagum karena ciptaan-Nya, berubah menyakitkan saat jarum merajuk bergeser dari persinggahannya. Mentari yang gagah berani menunjukkan kharismanya menyinari seluruh pelosok bumi, hingga lubang-lubang semut hangat akan sinar emasnya. Waktu bagai pedang yang terus ...

Dibawah Atap yang Sama

Teruntuk kamu yang membuatku tertunduk Melihatmu merendah dihadapan Allah Ketaatan yang menyelimuti hatimu Semakin membuatku tersadar Tak aku pungkiri Aku mengagumimu Bukan karena tampan wajahmu Atau karena raga yang fana Bahkan sekedar suara yang menggema Tapi sujudmu dihadapan Tuhanmu Membuatku tertegun dalam sendu Iya, aku mengangumimu Matahari pukul delapan pagi Untuk kesekian kali kau disini Dibawah atap yang sama denganku Namun dibatasi oleh sekat pemisah Antara ikhwan dan akhwat Sekali lagi, aku mengagumimu Masjid itu akan selalu menjadi tempat untukmu Bernaung dibawah atap untuk menyembah Tuhanmu Sembah sujud tertuju pada Sang Pengatur Waktu Yang telah mengatur pertemuang denganmu Namun, sungguh aku takut untuk mengaku Aku terlalu takut untuk mengagumimu Aku tak mengenalmu Bahkan mengetahui namamu saja, tidak Yang aku tahu hanya caramu beribadah pada Tuhanmu Yang selalu membuatku tertunduk malu Merasa rendah dihadapan-Nya Merasa tak pantas bila ...

'Kamu, teduh dan pelabuhanku'

Bulan bergelayut indah di langit hitam kelam Tatkala suara jangkrik pun saling bersahutan Mata-mata yang merah, tenggelam dalam mimpi-mimpi malam Meletakkan segala hiruk pikuk beban pikiran Namun malam itu, terdengar desiran berbeda Desiran yang terbawa angin menentramkan sukma Bibir indah yang mengucapkan doa-doa Serta melantukan firman-firmanNya Hati bergetar merasakan setiap bagian firman-Nya yang dibaca Merasuk ke dalam jiwa-jiwa yang haus akan kasih-Nya Pesan-pesan cinta yang ditulis langsung oleh-Nya Lalu dikaruniakan kepada Muhammad melalui Jibril utusan-Nya Malam itu, dia sang pembaca lantunan-lantutan ayat suci Lelaki yang duduk di sudut ruangan masjid ini Dia yang meneguhkan hatinya untuk melakukan sunnah Nabi Dia yang terjaga hatinya untuk seseorang yang pantas baginya nanti Lelaki yang mengabdikan diri pada Rabb-Nya Lelaki yang berbeda dari lelaki-lelaki biasanya Lelaki yang memantaskan diri untuk menjadi imam bagi istrinya Lelaki yang malu apabila be...

Terimakasih, cantik.

Aku menuliskan ini khusus untukmu, cantik. Paras wajahmu yang cantik jelita menggoreskan garis keturunan dari Ayah dan Ibu yang mulia. Senyum indah yang terlukis di setiap hari-hari itu sungguh mempesona. Tawamu melegakan jiwa-jiwa yang rindu akan hadirmu. Candamu menghangatkan suasana yang dingin membeku. Kesempurnaan Tuhan yang telah menciptakan makhluk sepertimu. Cantik. Aku menuliskan ini untukmu. Sebagai wujud terimakasihku atas apa yang telah kau berikan. Untuk luka yang saat itu menganga. Untuk perih yang engkau beri cuka. Untuk lisanmu yang menghujam sukma. Untuk tulisanmu yang menusuk jiwa. Cantik, jujur engkau buatku terluka. Cantik. Tidak terbesit sedikitpun rasa tidak suka. Tidak terpikir sedikitpun untuk membalas duka. Sewajarnya hati seorang hamba. Terasa sesak sekali di dada. Bukan karena asa dan cinta yang terlupa Tetapi, lisan yang bagai pisau dari baja Yang mencabik relung jiwa Cantik. Tahukan engkau? Aku banyak mengalah karena memikirkanmu....

Berdamai Dengan Masa Lalu

Semua orang pasti memiliki masa lalu. Entah itu manis atau pahit. Ada orang yang bisa menerima dengan indah masa lalunya, menjadikan masa lalu mereka sebagai pelajaran kehidupan terbaik. Tapi ada juga orang yang menyelipkan secercah dendam dan amarah terhadap masa lalu yang telah mereka terima. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan masa lalu. Sebenci-bencinya kita terhadap masa lalu yang pernah kita lewati, kita tetap tidak bisa menghindar bahwa masa itu pernah kita nikmati. Malah, kita pernah begitu mencintai masa lalu kita bukan? Wajar bila terkadang kita masih teringat sekelebat masa itu, apalagi masa lalu yang cenderung mempunyai refleksi negatif dalam pikiran kita. Nah, apalagi masa lalu itu tiba-tiba kembali ke hidup kita tanpa diundang. Pasti merasa sedikit canggung dan cenderung mengingat-ingat kejelekannya ya? Tidak apa-apa, itu sangatlah wajar. Tapi bukan berarti terus diingat lalu menjadi sebuah kebencian yang terus terpupuk dalam hati ya. Berdamailah dengan masa lalu...

Sajak : Aku Mencintai Hidupku

Aku mencintai hidupku Dengan semua yang Tuhan berikan padaku Limpahan berkah, anugerah dan karunia yang mengucur deras Terkadang membuatku berpikir, apa aku pantas? Aku mencintai hidupku Yang penuh dengan lika-liku Cobaan yang datang silih berganti Aku mengerti jikalau aku sedang diuji Aku mencintai hidupku Komplit dengan segala takdir yang menghampiriku Kucoba menerima dengan kerelaan Keikhlasan yang tentu tanpa keluhan Aku mencintai hidupku Hidup berdampingan dengan orang-orang yang mengasihiku Menemani hari-hari Mencoba meraih mimpi-mimpi Aku mencintai hidupku Setiap jengkal dan nafas yang berlari berpacu dengan waktu Berusaha tidak menyianyiakannya, untuk menjadi pribadi lebih baik Karena aku percaya, waktu itu selalu jadi teman terbaik Aku mencintai hidupku Yang telah dirancang oleh Tuhan-ku Dengan semua pertimbangan sempurna-Nya Agar kelak aku bisa belajar dari apapun yang telah dikehendaki-Nya Casilda Aulia Rakhmadina 

Sajak : Pesan Tuhan Lewat Alam

Sebenarnya Tuhan telah mengirimkan begitu banyak pelajaran Pelajaran itu bukan melulu Ilmu Alam, Ilmu Sosial, atau Kebahasaan Bisa jadi Tuhan memberi pesan lain Melalui gerak gerik alam misalnya Pelajaran tentang kebersamaan Pelajaran tentang kesabaran Pelajaran tentang kerja keras Pelajaran tentang keikhlasan Kebersamaan misalnya Tidak pernahkah kalian memperhatikan Bagaimana itik-itik itu berjalan berbaris dengan lucunya? Mereka selalu bersama-sama, kemanapun mereka pergi Terkadang manusia malah kalah dengan itik Sibuk dengan ego mereka masing-masing Tidak peduli dengan saudara ataupun kawan Terlalu sibuk dengan dunianya Satu sudah pelajaran Tuhan, yang coba disampaikan-Nya lewat itik-itik kecil Kesabaran misalnya Tidak pernahkah kalian memperhatikan Bagaimana proses ulat menjadi kupu-kupu nan cantik jelita? Ia harus melewati beberapa tahap menyakitkan Berpuasa selama berhari-hari saat ia menjadi kepompong Ia sakit bukan? Tapi ia bersabar Bersabar dalam pros...

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku...

Why Smile is Sunnah?

Betapa beruntungnya kita terlahir sebagai seorang muslim/muslimah. Itulah karunia terindah yang diberikan Allah pada kita. Karunia yang tidak ternilai harganya. Itulah salah satu tanda bahwa Allah menyayangi kita, dan tidak pernah sekalipun mengabaikan umat-Nya yang mau mendekat pada-Nya, bahkan umat yang jauh pun, Dia bimbing untuk kembali ke jalan-Nya. Ketika masalah datang menghampiri hidup kita, membuat hari-hari yang seharusnya indah menjadi buram, sepiring nasi serasa sepiring aking, cerahnya pagi menjadi seperti gelapnya malam, kita tidak menyadari, pertolongan-Nya sangatlah dekat jika kita mau meminta petunjuk-Nya. Terkadang, kita sok jual mahal dan merasa bisa menyelesaikan semua tanpa bantuan Allah, sungguh itu pemikiran yang SALAH DAN DANGKAL! Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya. Apabila kita merasa berat dengan cobaan yang diberikan oleh-Nya, kita tidak bisa dan tidak punya alasan untuk menyalahkan Allah. Mengapa? Karena Allah memberi kita ke...