Langsung ke konten utama

Akhir Perjalanan




Akhir-akhir ini, aku banyak berpikir tentang perjalanan kehidupan.
Tentang apa saja yang sudah aku perbuat
Bagaimana waktu yang aku gunakan ini, apakah sudah menjadi manfaat?
Tentang waktu yang terus bergulir menggerus usia
Apakah aku sudah menyiapkan bekal sebaik-baiknya untukku nanti menghadap Allah?

Klise?
Menurutku tidak sama sekali.
Masa-masa muda adalah masa-masa paling rawan
Dimana tenaga dan pikiran masih segar-segarnya
Semua potensi diri dimaksimalkan untuk menjadi seseorang yang produktif di setiap harinya
Hingga terkadang lupa untuk sekedar mampir, bercerita kepada Sang Pencipta akan nikmatnya anugerah kehidupan dan rejeki yang diberikan, lewat ibadah-ibadah kepadaNya

Nenekku sering sekali memberikan nasihat
Hampir setiap aku berkunjung ke rumahnya, beliau selalu menyampaikan satu pesan yang tentunya lama kelamaan membekas dalam ingatan dan menjadi pegangan
"Nduk, masa muda adalah masa yang paling melenakan. Kamu punya banyak waktu dan tenaga, sudah pula mulai mempunyai uang dari hasil jerih payah diri sendiri, sehingga kadang terlupa bahwa kematian tidak memilih usia tua saja. Kamu harus tetap ingat bahwa hidup ini sementara. Apa yang kamu cari? Cari bekal sebanyak-banyaknya untuk akhiratmu yang kekal" (diterjemahkan dari bahasa Jawa)
Dengan entengnya beliau selalu membahas kematian setiap kali kami berjumpa
Tak henti-hentinya mengingatkanku bab ini
Bab yang (mungkin) paling ditakutin oleh semua orang yang masih hidup di dunia ini
Bab yang memutus segala pertalian duniawi
Hingga menyisakan amal-amal yang dipersiapkan untuk menuju perjalanan panjang akhirat
Yang entah sampai kapan kita akan melaluinya
Alam kubur, alam barzah, hingga hari penghakiman tiba

Bulu kuduk ku selalu berdiri ketika aku mengingat kembali perjalanan hidup ini
Atas detik demi detik yang aku lalui
Seakan aku belum siap sama sekali
Bagaimana aku akan bisa berdiri menghadap Rabb-ku nanti?
Bagaimana jika ketika aku dipanggil, aku bahkan belum siap sama sekali?

Hingga aku tersadar bahwa setiap tindakan yang aku lakukan akan mendapat konsekuensinya
Perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan perintahNya, akan mendapat ganjaran pahala
Perbuatan-perbuatan yang melanggar aturanNya, akan mendapat ganjaran siksa
Apakah aku siap untuk mempertanggungjawabkan semuanya di hari dihisabnya amal kelak?

Satu lagi yang selalu mengusik bathin ini
Segala perbuatanku ini, apakah orang tuaku akan ikut menanggungnya?
Dosa-dosa yang sudah aku buat dari aku baligh hingga saat ini
Apakah mereka akan merasakan akibatnya?
Hingga aku melewati perenungan panjang untuk perlahan-lahan, sebisa mungkin menjaga diri
Supaya aku bukan menjadi alasan bagi Allah untuk menghukum kedua orang tuaku di akhirat nanti
Sungguh aku pun tidak akan bisa memaafkan diri sendiri, jika itu semua terjadi (naudzubillah)

Beberapa kematian orang-orang terdekat memberikanku banyak pelajaran
Bahwa nyawa ada dalam genggamanNya
Segala sesuatu hanyalah titipan
Semuanya fana
Yang awalnya sehat segar, menjadi sakit tiba-tiba, dan kemudian tidak bernyawa
Yang mulanya baik-baik saja, tiba-tiba terjadi musibah, kemudian pergi dan tidak kembali lagi

Hanya amal-amal kita yang kekal menemani hingga perjalanan akhir nanti

Di akhir perjalanan nanti
Semoga kita bisa pergi dengan baik
Meninggalkan kesan yang baik, dan membawa bekal sebaik-baiknya
Semoga saat pertemuan dengan Allah
Dia tidak segan untuk memberikan pandangannya, bukan mengalihkan pandangannya

Di akhir perjalanan nanti
Semoga kita sudah benar-benar menyiapkan diri
Terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan
Dan seluruh anggota tubuh kita akan memberikan jawaban
Sebenar-benarnya jawaban
Sebenar-benarnya pertanggungjawaban

Selagi masih ada waktu untuk memperbaiki
Tidak ada salahnya untuk mencoba kembali
Meniti jalan hijrah yang berliku-liku
Akan jauh lebih baik daripada terlambat dan menelan sesal nan pilu


Written by


Casilda Aulia Rakhmadina

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku