Akhir-akhir ini, aku banyak berpikir tentang perjalanan kehidupan.
Tentang apa saja yang sudah aku perbuat
Bagaimana waktu yang aku gunakan ini, apakah sudah menjadi manfaat?
Tentang waktu yang terus bergulir menggerus usia
Apakah aku sudah menyiapkan bekal sebaik-baiknya untukku nanti menghadap Allah?
Klise?
Menurutku tidak sama sekali.
Masa-masa muda adalah masa-masa paling rawan
Dimana tenaga dan pikiran masih segar-segarnya
Semua potensi diri dimaksimalkan untuk menjadi seseorang yang produktif di setiap harinya
Hingga terkadang lupa untuk sekedar mampir, bercerita kepada Sang Pencipta akan nikmatnya anugerah kehidupan dan rejeki yang diberikan, lewat ibadah-ibadah kepadaNya
Nenekku sering sekali memberikan nasihat
Hampir setiap aku berkunjung ke rumahnya, beliau selalu menyampaikan satu pesan yang tentunya lama kelamaan membekas dalam ingatan dan menjadi pegangan
"Nduk, masa muda adalah masa yang paling melenakan. Kamu punya banyak waktu dan tenaga, sudah pula mulai mempunyai uang dari hasil jerih payah diri sendiri, sehingga kadang terlupa bahwa kematian tidak memilih usia tua saja. Kamu harus tetap ingat bahwa hidup ini sementara. Apa yang kamu cari? Cari bekal sebanyak-banyaknya untuk akhiratmu yang kekal" (diterjemahkan dari bahasa Jawa)Dengan entengnya beliau selalu membahas kematian setiap kali kami berjumpa
Tak henti-hentinya mengingatkanku bab ini
Bab yang (mungkin) paling ditakutin oleh semua orang yang masih hidup di dunia ini
Bab yang memutus segala pertalian duniawi
Hingga menyisakan amal-amal yang dipersiapkan untuk menuju perjalanan panjang akhirat
Yang entah sampai kapan kita akan melaluinya
Alam kubur, alam barzah, hingga hari penghakiman tiba
Bulu kuduk ku selalu berdiri ketika aku mengingat kembali perjalanan hidup ini
Atas detik demi detik yang aku lalui
Seakan aku belum siap sama sekali
Bagaimana aku akan bisa berdiri menghadap Rabb-ku nanti?
Bagaimana jika ketika aku dipanggil, aku bahkan belum siap sama sekali?
Hingga aku tersadar bahwa setiap tindakan yang aku lakukan akan mendapat konsekuensinya
Perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan perintahNya, akan mendapat ganjaran pahala
Perbuatan-perbuatan yang melanggar aturanNya, akan mendapat ganjaran siksa
Apakah aku siap untuk mempertanggungjawabkan semuanya di hari dihisabnya amal kelak?
Satu lagi yang selalu mengusik bathin ini
Segala perbuatanku ini, apakah orang tuaku akan ikut menanggungnya?
Dosa-dosa yang sudah aku buat dari aku baligh hingga saat ini
Apakah mereka akan merasakan akibatnya?
Hingga aku melewati perenungan panjang untuk perlahan-lahan, sebisa mungkin menjaga diri
Supaya aku bukan menjadi alasan bagi Allah untuk menghukum kedua orang tuaku di akhirat nanti
Sungguh aku pun tidak akan bisa memaafkan diri sendiri, jika itu semua terjadi (naudzubillah)
Beberapa kematian orang-orang terdekat memberikanku banyak pelajaran
Bahwa nyawa ada dalam genggamanNya
Segala sesuatu hanyalah titipan
Semuanya fana
Yang awalnya sehat segar, menjadi sakit tiba-tiba, dan kemudian tidak bernyawa
Yang mulanya baik-baik saja, tiba-tiba terjadi musibah, kemudian pergi dan tidak kembali lagi
Hanya amal-amal kita yang kekal menemani hingga perjalanan akhir nanti
Di akhir perjalanan nanti
Semoga kita bisa pergi dengan baik
Meninggalkan kesan yang baik, dan membawa bekal sebaik-baiknya
Semoga saat pertemuan dengan Allah
Dia tidak segan untuk memberikan pandangannya, bukan mengalihkan pandangannya
Di akhir perjalanan nanti
Semoga kita sudah benar-benar menyiapkan diri
Terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan
Dan seluruh anggota tubuh kita akan memberikan jawaban
Sebenar-benarnya jawaban
Sebenar-benarnya pertanggungjawaban
Selagi masih ada waktu untuk memperbaiki
Tidak ada salahnya untuk mencoba kembali
Meniti jalan hijrah yang berliku-liku
Akan jauh lebih baik daripada terlambat dan menelan sesal nan pilu
Written by
Casilda Aulia Rakhmadina
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting