Langsung ke konten utama

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar.
Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar.
Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua gadis, wanita dan anak-anak dijadikan tawanan. Sisanya dibunuh habis. Jangan sampai tersisa nyawa seorang anak laki-laki pun. Tetapi rupanya ada seorang anak laki-laki berumur sekitar sepuluh tahun bersembunyi di ruang bawah tanah.
Setelah semua tentara angkat kaki meninggalkan desa Santa Gumara, pemuda kecil itu keluar dari persembunyian, lari ke semak-semak belukar. ia mendesis geram :
“suatu hari nanti, akan kuhabisi. Betapa sadisnya perbuatanmu terhadap keluarga ku”. marahnya.
Ia hidup sebatang kara di desa itu. lalu mengajak bersatu pemuda-pemuda yang senasib dengannya. Menggerilya. Penguasa-penguasa daerah mulai cemas akan meluasnya serangan-serangan itu. beberapa pasukan dikirim untuk menumpas, tetapi selalu gagal menangkap Ja’far, pemimpinnya.
Bahkan suatu hari Ja’far berhasil menyerang Kepala Daerah Anigo. Istri-istri kepala daerah ditawan, termasuk putrinya yang cantik. Satu persatu tawanan ditelitinya. sampai pada Casilda. Gadis itu menunjukkan keangkuhan yang sangat. Dengan pedangnya, Ja’far menunjuk kearah Casilda.
“Siapa kau ini, hai si angkuh? orang yang melihatmu pasti menyangka putri raja.”
“Kalau pedangmu itu ditanganku, akan ku perlihatkan siapa diriku.” jawab Casilda dengan sombong.
“Apa arti pedang bagi seorang gadis cantik sepertimu?” jawab Ja’far mengejek.
“Segera berikan pedang itu, supaya kamu tahu bagaimana aku mempergunakannya!,” si cantik itu menjawab.
“Berani kau melawan anak buahku?” tantang  Ja’far
“Akan kulawan siapa saja yang kau pilih. Kau sendiri juga boleh!”
“Aku……? Aku Ja’far, belum kenalkah kau?’.
“Aku tahu, kau adalah seorang jagoan. karena itu cepat lepaskan belenggu ini suapaya  kau segera tahu siapa diriku!”
Tali belenggu itu pun dilepas. Casilda memegang pedang dari pemberian Ja’far. dalam perkiraan Ja’far gadis ini dapat dipatahkan dalam sekejap. tetapi ternyata Casilda memperlihatkan permainan pedang dengan sangat lihai sehingga beberapa kali hampir dapat melukai Ja’far. Pertarungan dilanjutkan. Seru dan menakjubkan. Tanpa ada yang ditaklukkan. Walaupun Casilda mendapatkan luka dibeberapa tempat pada tubuhnya, ia masih mampu menunjukkan kekuatannya. Ja’far barulah memandang gadis yang dalam perkiraannya lemah ini, dengan serius. Ja’far meletakkan pedang ke tanah.
“Telah kuletakkan pedangku, wahai jagoan. Kalau kau mau, bunuhlah aku. Aku enggan bertarung denga orang sepertimu!”
gadis itu juga meletakkan pedangnya ke tanah. Ia membalas ucapan itu dengan kesinisan yang sama.
“Jangan kau sangka, bahwa aku senang membunuh manusia sepertimu!” Casilda dengan angkuhnya masih tegak dan tegar berdiri walah darah lukanya mengucur. Melihat itu Ja’far terbesit rasa iba.
“Tuanku putri…” katanya lunak, “Kami persilahkan anda menuju tempat kami untuk kami balut luka-luka anda!”
Casilda tampak merenung sejenak. lalu berkata, “Baiklah ….tapi dengan syarat!”.
“Apa syaratnya itu?” tanya Ja’far sedikit menangkap kecurigaan Casilda.
“Anak-anak buahmu jangan memperkosaku..”. demikian khawatirnya.
“Keselamatan itu menjadi hakmu, kami adalah orang-orang Islam. Suatu kaum yang akan senantiasa menjaga kehormatan gadis sepertimu. ini menjadi kewajiban yang berat bagi kami, tegas Ja’far.
Masa-masa selanjutnya, Casilda berada dalam lindungan Ja’far. Ia sedih dengan tindakan Ja’far yang suka meneror. Ia protes, “tak malukan engkau meneror orang yang tak bersalah?’
“Kalau kau ketahui kisahku.” kata Ja’far. “Akan kau benarkan tindakanku ini. Bila kau melihat perbuatan bangsamu terhadap bangsa kami, pasti takkan menyalahkan aksi-aksiku.”
Ja’far mengungkapkan semua kekejian bangsa Spanyol kepada Casilda. Teror dan penyerangannya. Kekejaman dan kebiadabannya. Cerita ini mempengaruhi jiwa Casilda, hingga ia berkata,”Bila memang itulah yang terjadi, kau berhak Ja’far. teruskan aksimu itu, bahkan bila kau tak keberatan, akan dengan senang hati aku membantumu dalam operasi-operasi itu”.
Casilda benar-benar mewujudkan kata-katanya. Dalam setiap penyerangan, ia ikut dalam barisan ja’far. Kelincahan dan kehebatannya dalam mempergunakan senjata sangat terkenal. Sehingga umum sangat memperhitungkan peranannya dalam kesatuan Ja’far tersebut.
Casilda adalah seorang gadis cantik. seorang tawanan jelita. Ja’far masih ingat ketika pertama kali bertatap muka. Gadis itu menarik hatinya. tetapi ketika itu tampak begitu angkuhnya. Kini dalam pandangan Ja’far, Casilda semakin cantik dari kecantikannya yang dulu.
Karena itu selayaknya ia mengungkapkan isi  hati nuraninya. Katanya suatu ketika, “Casilda…aku hendak mengungkapkan pengharapan kepadamu.” Casilda memandang Ja’far. “katakanlah….!
maukah kau menerimaku sebagai suami?” ungkap Ja’far. dengan tenang Casilda menjawab,”belum pernah kawinkah engkau selama ini?”
“Belum….”
“Sudahkah engkau menetukan hari pernikahannya?”
“Soal itu, kaulah yang menentukan….”
“Dengan izin Allah, InsyaAllah besok pagi aku telah menjadi istrim.” Dua pendekar muslim itu segera melaksanakan aqad nikah. Anak buah Ja’far  meramaikan pesta ini dengan ala kadarnya. Tiba-tiba diluar dugaan, dari arah puncak gunung terdengar jeritan-jeritan. Rupanya perkampungan Ja’far diserang spanyol.
Ja’far dengan sigap menghunus pedangnya. bertempur dengan segala kekuatan yang dimiliki menangkis serangan lawan. Ia terkena beberapa tusukan yang sangat berbahaya. Kawan-kawannya menggotong ke tempat mempelai wanita. Kepala Ja’far oleh Casilda di letakkan ke pangkuannya. Kondisi Ja’far sudang sangat lemah. Ia berkata kepada istrinya yang baru saja dinikahi, ” Duhai Casilda….aku mencintaimu. Kau adalah hayatku. Apakah cintamu demikian juga?”
Air mata Casilda meleleh. “Selama hayat ada pada ragaku, wahai suamiku.” jawabnya.
Ja’far demi mendengar kata-kata Casilda, amat berbahagia. Ia mengembangkan senyum. Namun hayat Ja’far kini terenggut maut. Ia menutup mata dan takkan membuka lagi.
Gelora kepahlawanannya bangkit. Diletakkannya Ja’far yang telah syahid itu di atas permadani. Ikat kepala Ja’far dilepas dan dikenakannya. Casilda menghadap ke arah anak buah Ja’far.
“Mulai sekarang akulah Ja’far. Serahkan pedangnya kepadaku, dan ikutlah kalian di belakangku!” tegasnya.
Pedang Ja’far diserahkan. Mereka bersama-sama berangkat melanjutkan pertempuran. Anak buahnya mengelu-ngelukan, “Ja’fariyah….! Ja’fariyah….!
Srikandi muslimah ini memenangkan berbagai pertempuran. Nama Ja’fariyah mulai menjadi buah bibir. Pelambang kecekatan dan kegesitannya. Setiap pasukan Spanyol menghadapi kesatuan Ja’fariyah, kalah dan gagal.
Penyerangan Ja’fariyah semakin meluas dan memasuki kota. Kota Zaragoza menjadi incarannya. Kota tersebut berhasil ditaklukkan, dan Istananya dikuasai. Ukiran dan lukisan-lukisan diganti. Sangat cantik. Selanjutnya keelokan dan keindahan istana ini merupakan pelambang kecantikan seluruh Spanyol. Sejak itu orang-orang menyebutnya sebagai “Istana Ja’fariyah”.
Atas didudukinya kota Zaragoza dan istananya, pemerintah Spanyol mulai sadar akan kekuatan gerombolan Ja’fariyah. Pasukan dari berbagai kesatuan dikerahkan untuk menundukkan kekuatan Ja’fariyah. Jumlah pasukan pemerintah itu sangat besar sehingga tak bisa ditangkis balik oleh kekuatan Ja’fariyah. Walau mereka sudah berjuang mati-matian.
Ketika tentara-tentara Spanyol berhasil mendobrak penjagaan istana Ja’fariyah, sang pemimpin wanita itu sudah tergeletak dalam keadaan payah.  Luka-lukanya rupanya sangat parah.
Pada penyerbuan itu, ayah Casilda turut serta dalam kesatuan spanyol. Diamatinya wajah Ja’fariyah. Ia terkesima, kaget hampir tak percaya.
“Bukankah engaku putriku? tanyanya ragu.
Casilda masih mampu membuka kelopak matanya. Ian mendengar itu, sambil tesenyum ia menjawab dengan suara hampir habis.
“Aku Ja’fariyah Al Arabiyah…..”
Usai menyebutkan namanya, nafasnya terenggut malaikat maut. Ia tenang sebagai syuhada.
Disadur dari buku Fakta Pembantaian Umat Islam oleh Dewan Inkuisis di Andalusia (Muhammad Quthb).
 
 
 
#I'M SO LUCKY HAVE THIS NAME, SUBHANALLAH :')

Komentar

  1. Menarik. Perspektif lain dari Kisah St. Casilda. lihat: http://en.wikipedia.org/wiki/Casilda_of_Toledo

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for visiting

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku