Langsung ke konten utama

Anak Pesantren #2



Assalamualaikum bloggies! Jumpa lagi dengan saya ya hehe. Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan buat berbagi cerita di blog pribadi saya. Oh iya, sebelumnya saya mau mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 71 tepat pada hari ini tanggal 17 Agustus 2016. Semoga semakin maju, semakin "merdeka" dan pemimpin-pemimpinnya serta rakyatnya dapat mendukung satu sama lain. Aamiin.

Oke, balik lagi ke topik. Kali ini saya in shaa Allah bakal menceritakan pengalaman saya kemarin berkunjung ke Pondok Pesantren Daarul Qur'an, tempat adik saya menimba ilmu dan menghafalkan Al-Qur'an. Tepatnya pada tanggal 13-14 Agustus 2016, saya dan kedua orang tua saya terbang menuju Tangerang untuk mengunjungi adik saya. Awalnya, adik saya tidak diberitahu jika saya ikut mengunjungi dia karena memang sebelumnya Ayah saya memberitahu saya kalau sepertinya saya tidak bisa ikut, kebetulan saya juga ada acara di kampus saat itu. Akan tetapi, tiba-tiba Ayah saya memutuskan untuk mengajak saya. Adik saya saat itu telah dikabari jika saya tidak dapat ikut. Menurut cerita Ibu, adik saya seperti kecewa karena memang saya sudah sebulan lebih tidak bertemu dan pada saat mengantarkan adik saya ke pondok, saya tidak ikut. 

Akhirnya, setelah menempuh perjalan kurang lebih 1 jam 10 menit menggunakan pesawat, saya tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten. Kemudian, saya dan kedua orang tua saya langsung menuju hotel untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk mengunjungi adik saya di I'daad nya. Selang dua jam kemudian, saya dan kedua orang tua berangkat menuju I'daad adik saya di daerah Cipondoh. I'daad disini merupakan "pondok" pengenalan selama satu tahun sebelum adik saya masuk ke Pesantren Daarul Qur'an. I'daad yang dimaksud ini memang disediakan langsung oleh pihak Daarul Qur'an khusus untuk santri yang sebelumnya bukan merupakan santri dari Daarul Qur'an (dalam artian saat sekolah menengah pertama bukan merupakan santri DaQu). 

Singkat cerita, saya dan kedua orang tua saya tiba di I'daad adik saya. Dari luar I'daad tersebut sudah terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan secara bergiliran oleh para santri. Adik saya bilang jika siang-siang sekitar pukul 14.00 hingga sore (saya lupa pukul berapa) memang dilaksanakan halaqoh rutin. Ketika masuk ke dalam I'daad, suasananya adem. Bagaimana tidak? Setiap hari I'daad tersebut selalu dipenuhi oleh lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an serta berbagai ritual ibadah umat muslim lainnya, mulai dari yang sunnah hingga wajib. Saat saya dan kedua orang tua saya masuk ke I'daad dan duduk di gazebo yang tersedia disana, adik saya masih melaksanakan halaqoh. Beberapa saat kemudian, ketika halaqoh selesai, adik saya keluar dari aula tempat ia halaqoh dan melihat saya juga kedua orang tua saya, ia pun menghampiri saya.

Adik saya yang biasanya menggunakan kaos oblong, celana boxer dan tanpa menggunakan peci seketika berubah penampilan. Ia menggunakan baju atasan muslim (koko), sarung dan peci serta membawa Al-Qur'an. Adik saya langsung bersalaman dengan Ibu, Ayah dan saya kemudian izin untuk mengembalikan Al-Qur'an dan mengganti atasan koko menjadi kaos berkerah seperti yang ada pada foto. Ketika dia kembali, saya pun mengobrol ini itu dan  lblablabla dengannya. Terlihat perubahan yang cukup banyak dari adik saya, yang mulanya berbicara keras menjadi lebih halus dan sopan, dulunya suka marah-marah kalau digoda, sekarang lebih sabar, biasaya emosinya gampang naik, sekarang malah suka senyum-senyum dan cenderung stabil emosinya dan sekarang pula ketika ia berjalan, yang dilafalkan adalah ayat-ayat suci Al-Qur'an. Saat itu saya membatin "The power of Al-Qur'an". 

Jam besuk untuk I'daad yakni Sabtu sore setelah halaqoh atau kegiatan lain hingga Minggu sore pukul 15.00 WIB, jadi saya dan orang tua saya mengajak adik saya menginap di hotel untuk sehari semalam. Pada saat mengajaknya ke hotel, dia menyiapkan perlengkapannya dalam satu tas ransel untuk kemudian dibawa menuju hotel. Kami berempat pun menuju hotel. Pada saat itu, jam menunjukkan waktu hampir maghrib. Sesampainya di hotel, kami istirahat sejenak kemudian melaksanakan sholat maghrib. Setelah sholat maghrib, saya terus mengamati kebiasaan adik saya. Saya ingin mengetahui, perubahan apa lagi yang dia tunjukkan dalam satu bulan ini. Alhamdulillah, setelah saya amati, dia tetap melaksanakan rutinitas di I'daadnya, seperti sholat sunnah rawatib, membaca Al-Qur'an setelag maghrib lalu dilanjutkan dengan hafalan Al-Qur'an dan muroja'ah. Alhamdulillah, walaupun masih berjalan dua juz, tapi saya bersyukur adik saya perlahan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Saya berharap ia bisa terus istiqomah dan ketika saya berkunjung lagi nanti, ia sudah bisa hafal hingga 10 juz, aamiin.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku