Langsung ke konten utama

Beragama di Polandia

Sudah lama rasanya aku nggak mampir buat nulis disini. It's been a while. Sudah sebulan pula aku berada di tanah rantau yang jauh dari Indonesia--Polandia. Kalau ditanya rasanya seperti apa? Yap. Aku rindu Indonesia dengan segala kemacetan, keriweuhan, kemurahan makanannya dan lain-lain. Disini aku jadi orang asing. Dianggap "bule", jadi sering sekali mendapat tatapan "aneh" dari orang-orang sekitar karena penampilan dan warna kulitku berbeda. Tapi malam ini, aku sedang nggak pengen bahas tentang kehidupan sosial disini, tapi tentang kehidupan beragama yang belum pernah (atau bahkan nggak akan pernah) aku rasakan selama aku di Indonesia.

Waktu Sholat
Dimulai dari waktu sholat. Sejauh ini, aku merasakan perjuangan menyesuaikan jam waktu sholat yang setiap harinya berubah. Ya, setiap hari. Bahkan di akhir Oktober ini, pada tanggal 26 Oktober dan 27 Oktober, perbedaan waktu sholatnya bisa 1 jam. Padahal, hanya selisih satu hari. Di Indonesia, kita paling sering merasakan perubahan hanya sekitar 5-10 menit atau paling mentok karena perbedaan waktu WIT, WITA, dan WIB. Awalnya, perubahan waktu sholat yang cukup ekstrim ini membuatku agak kewalahan mengatur waktu bangun-tidur dan break istirahat saat sedang ada kelas. Maklum, Islam sangat minoritas disini karena Polandia adalah negara Katolik, jadi kami harus meminta izin 10-15 menit untuk melaksanakan sholat. Alhamdulillah, kami punya dosen-dosen dan teman-teman non-Islam yang baik, yang mengizinkan kami untuk sholat walaupun itu "mengganggu" aktivitas belajar mengajar.

Tempat Ibadah
Selanjutnya, yang paling sering ditanyakan yaitu tempat ibadah. "Dimana sholatnya?". Sejauh ini, kalau aku dan teman-teman jalan-jalan atau ada program kampus untuk kunjungan ke beberapa tempat bersejarah (ex: museum dll.), kami biasa sholat di taman atau lahan parkir. "Lah, nggak diliatin orang-orang?". Of course dilihatin. Aku menganggap itu sangat wajar karena mereka "asing" dengan agama Islam dan cara beribadahnya. Wajar kalau mereka pensaran "what is this?" kemudian mereka berhenti dan sekedar melihat atau bahkan memotret kami. Jujur, hal yang paling ditakutkan bukan perihal "dilihat dari atas ke bawah" tapi khawatir ada orang nggak jelas yang tiba-tiba datang untuk mengusir atau berbuat hal yang tidak-tidak. Tapi, dari hal ini aku belajar untuk banyak bersyukur dan introspeksi, karena di Indonesia bisa bebas beribadah but sering lalai untuk sholat tepat waktu. Di Indonesia pun ada 6 agama yang berbeda-beda, jadi kita terbiasa untuk menerima perbedaan tanpa ada "tatapan aneh". Oh iya, bagaimana dengan masjid? Di kotaku ini--Katowice--ada satu masjid yang jaraknya berkilo-kilo dari asramaku. Kalau naik bus sekitar 1 jam lebih. Cukup jauh ya? Tapi at least ada masjid hehe. Biasanya kami ke masjid hari Jum'at sekalian sholat Jum'at dan beli daging halal. Since ada orang-orang Turki yang jualan daging potong halal di dekat Masjid.

Makanan Halal
Menyambung poin sebelumnya tentang makanan halal. Di Polandia cukup sulit menemukan makanan dengan label halal. Maklum, seperti yang aku sampaikan tadi, disini muslim sangat minoritas, jadi tidak terlalu concern terhadap produk-produk halal (case: di Katowice, tapi sepertinya di Warsaw lebih banyak). Tapi, jangan khawatir. Di dekat masjid ada yang jual makanan halal. Kebanyakan orang Turki. Di mall juga ada beberapa resto yang pemiliknya orang Turki muslim, jadi makanan yang disajikan halal. Kalau pengen banget kehalalan pangannya terjamin, kami lebih memilih masak sendiri dan bawa bekal kemana-mana hehe.

Open-minded
Sejak aku menginjakkan kaki disini, aku berusaha menjadi orang yang tidak judgemental. Walaupun emang waktu di Indonesia, aku bukan tipe yang demikian, tetapi kecenderungan menghakimi itu pasti ada. Disini, dengan budaya yang sangat berbeda (termasuk bahasa dan agama), aku berusaha menjadi orang open-minded. Melihat segala sesuatu dari banyak sisi. Disini pula aku cukup banyak berdiskusi dengan teman-teman dari negara lain, seperti Eutophia, Ukraina, Turki, Meksiko, dan Kolombia. Mulai dari budaya, bahasa, hingga agama mereka. Banyak dari mereka yang penasaran dengan muslim, bahkan baru tau tentang agama Islam. Kami berusaha menjelaskan dengan bahasa yang paling mudah dipahami. Beberapa diantara mereka ada yang menjadi seorang agnostik--dimana hal ini masih dianggap tabu di Indonesia. Disini, kamu berdiskusi dengan terbuka, tanpa menghakimi.

Dari pengalaman sedikit ini, aku jadi memahami kenapa Ayahku dulu menyarankan untuk pergi merantau di negara lain yang sama sekali berbeda dengan Indonesia. Memahami pula kenapa dosen pembimbingku melarang untuk mengambil master di negara serumpun. Agar aku mengetahui bahwa dunia itu luas dan kaya akan berbagai budaya, bahasa, hingga agama yang berbeda. Agar aku belajar menghargai dan bersyukur atas apa-apa saja yang selama ini "bukan aku anggap nikmat". Ah, sambil menulis ini, aku jadi rindu Indonesia :"). Aku berdoa semoga semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk merasakan pengalaman seperti ini. Pengalaman yang nggak akan pernah di dapatkan kalau hanya berdiam tanpa berjuang. Aku tau, perjuangan mendapatkan pengalaman ini bukan main beratnya. Tapi, setelah kamu mendapatkan ini, bukan hanya kamu tau jika kamu berhasil, tapi kamu tau kamu layak untuk merasakan pengalaman yang belum tentu kamu dapatkan lagi nantinya.



Katowice, 23 October 2019



Casilda Aulia Rakhmadina


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku