Langsung ke konten utama

Jas Almamater Story: Goes to Malaysia Chapter 2

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi teman-teman bloggies. Disini saya akan melanjutkan cerita pengalaman saya selama mengikuti kompetisi Young International Innovation Exhibition di Malaysia tanggal 20-22 Agustus 2017 kemarin. Langsung aja yuk simak!

22 Agustus 2017 - This Gold Medal Goes to.... 








 
Keesokan harinya, kami bersiap untuk mengikuti rangkaian acara selanjutnya yaitu persembahan karya seni teman-teman UiTM, price giving, dan penutupan. Karya seni yang ditunjukkan yaitu tari-tarian disertai dengan nyanyian khas Malaysia dan short drama yang menarik khas melayu. Pertunjukkan seni tersebut berlangsung tidak terlalu lama, sekitar 1-1,5 jam lalu berlanjut ke acara inti, yaitu pengumuman pemenang gold medal Young International Innovation Exhibition 2017. Kedua pembawa acara mulai membacakan para pemenang. Yang pertama dari Malaysia, saya lupa namanya hehe karena spellingnya susah. Kami berdoa diberikan yang terbaik, entah mendapat gold medal atau tidak, kami tetap bersyukur bisa mengikuti event bergengsi ini dan bertemu dengan para peneliti dan inovator muda dari berbagai negara. Selanjutnya, kedua pembawa acara menyebutkan pemenang gold medal kedua. Saat disebutkan nama ketua tim kami Dimas Triardianto, seketika kami bersyukur dan mengucap alhamdulillah. Tim kami berhasil menyabet gold medal kategori science & technology undergraduate student. Seakan lelah terbayar saat itu, tapi tetap kami menjaga hati agar tetap merendah dan tidak boleh riya'. Kompetisi ini diikuti sekitar 50+++ inovator dan peneliti mulai kategori junior high school, senior high school, undergraduate student, dan post graduate student. Setelah sesi pembagian medali, kami ada sesi foto bersama kontingen Brawijaya, panitia, dan lain sebagainya. Acara ditutup dengan doa dan peserta dipersilahkan kembali ke kamar masing-masing untuk mempersiapkan diri check-out dari asrama. 

Drama Chpt. 1 - Kalian bawa waist bag ku?
 Pukul 14.00 siang waktu Malaysia, kami check-out dan meninggalkan Universiti Teknologi MARA Negeri Sembilan Malaysia menuju stasiun Rembau untuk bertolak ke stasiun KL Sentral dan mencari penginapan. Perjalanan dari UiTM ke Stasiun Rembau memakan waktu kurang lebih 30-45 menit. Setelah sampai, kamu menunggu kloter kedua, yaitu rombongan peserta kontingen Brawijaya yang laki-laki sembari mengecek jadwal keberangkatan kereta api dan harga tiket. 45 menit kemudian, kloter kedua sampai dan kami langsung menuju ke lantai dua menggunakan lift untuk memesan tiket kemudian langsung lari menuju platform 1 karena kereta api 3 menit lagi akan tiba di stasiun. Fyi, kereta api di Malaysia sangat ontime tapi juga frekuensinya tinggi, jadi kalau ketinggalan bisa dapat kereta selanjutnya. Rombongan kami pun menaiki kereta. Kereta cepat ini sangat bersih, nyaman, bagus, wangi, dan modern. Bisalah dicontoh Indonesia hehe. Semoga bisa seperti ini suatu hari nanti, aamiin. Setelah melewati satu stasiun, tiba-tiba Sony menghampiri kami dan bertanya (kami ada di gerbong khusus perempuan, sementara Dimas dan Sony di lain gerbong) "Kalian bawa waist bag ku nggak?" "Enggak, kenapa? Nggak di koper?" tanyaku. "Nggak, nggak ada e. Didalamnya ada passportku". Deg! Passport! What a fatal! Saya dan emma mulai panik dan mencoba membantu mencarinya tetapi tidak ketemu. Akhirnya Sony dan Dimas memutuskan turun di stasiun kedua untuk kembali ke stasiun Rembau mencari waist bag Sony yang tertinggal disana. Dimas meminta alamat hotel yang kebetulan sudah saya pesan saat berada di Indonesia. Setibanya di stasiun kedua, mereka turun. Saya lupa kalau mereka tidak ada paket data dan kedua handphone mereka bermasalah dengan batrai. Tetapi saat itu saya santai-santai saja menikmati perjalanan hingga akhirnya kami sampai di KL Sentral lalu melanjutkan perjalan dengan kereta cepat lagi menuju Stesen Pasar Seni. Sesampainya di Stesen Pasar Seni, kami menuju money changer karena uang ringgit kami mulai menipis. 

Drama Chpt. 2 - Hapeku mana ya Cas?
Sesampainya di money changer, saya dan beberapa teman menukarkan uang rupiah kami ke ringgit. Saat itu, Emma mengajak saya untuk menuju counter penjualan kartu perdana Malaysia karena Emma butuh jaringan, sementara saya menggunakan roaming telkomsel jadi tidak perlu membeli kartu perdana. Tetapi, beberapa saat kemudian Emma bertanya "Hapeku mana ya Cas?" sambil mengubek-ubek tas kecil yang dia selempangkan di badannya. "Lah, emang terakhir tadi dipakai dimana Em?" "Di LRT tadi pas aku turun" "Lho coba cari lagi". Saya mulai panik karena ternyata setelah dicari, HP Emma tidak kunjung ketemu sampai kami menginjakkan kaki di hotel pun HP Emma tidak ketemu. Akhirnya fix, HP Emma hilang di Kuala Lumpur. Saya mencoba melacak lewat aplikasi find my device tetapi tidak berhasil karena HP Emma tidak tersambung data internet. Emma pun dengan terpaksa harus mengikhlaskan HP nya menjadi kenang-kenangan Kuala Lumpur.

Drama Chpt. 3 - Maaf ya, tak ade bilik lagi
Setelah drama HP Emma yang hilang, kami sudah sampai di Hotel yang telah kami pesan. Kami sangat kaget melihat bentuk hotel ini. Dibilang hotel nggak seperti hotel, dibilang guest house juga nggak bisa. Serem. Itu kata pertama yang muncul dipikiran saya. Masuk ke gang sempit, naik tangga, a bit messy, dan remang-remang ckck. Saya masuk ke dalam hotel tersebut dengan cemas dan berdoa terus sambil shalawatan. Saya dan salah seorang teman menghampiri penjaganya dan bertanya terkait kamar yang tersedia. Ternyata, kamar di hotel itu sudah full booked padahal saya sudah booking dan bayar di Traveloka. Penjaga meminta maaf dan berkata "Maaf ya, tak ade bilik lagi". Saya sempat protes dan akhirnya diarahkan untuk meminta konfirmasi dan refund ke Traveloka. Saya mengiyakan dan bergegas turun karena memang sangat tidak nyaman disana. Akhirnya kami mencari hotel lain dan alhamdulillah kami mendapatkan hotel yang murah dan nyaman. Kami segera masuk ke kamar setelah melakukan proses booking dan segera meletakkan barang-barang kami. Jam saat itu menunjukkan pukul 19.00 WIB tapi belum ada tanda-tanda Dimas dan Sony kembali. Saya dan Emma mulai khawatir....


TO BE CONTINUE...
 





Komentar

Posting Komentar

Thank you for visiting

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku