Langsung ke konten utama

Pilihan

Topik kali ini aku angkat karena aku sendiri sedang mengalaminya dan sebagian besar teman-teman sepantaranku--sekitar umur 20-25 tahun--sedang berjuang untuk menentukan pilihannya. Jadi, tulisan ini aku dedikasikan untuk diriku sendiri dan para pembaca, terutama yang melewati fase quarter life crisis.

Sebenernya, aku udah lama pengen nulis ini. Kurang lebih sejak sebulanan yang lalu karena pengen "numpahin" pikiran-pikiran yang bergelayutan di kepala dan takut keburu ilang kalo ngga segera dituangkan ke dalam tulisan. Selain itu, karena aku sekarang ada di fase gap year which is i, absolutely, have much leisure time to do a lot of activities, jadi aku putuskan untuk menggunakan my precious time buat nulis dan berbagi hal-hal yang berfaedah lewat beberapa platforms yang aku punya, termasuk nulis di blog ini. Well, langsung aja. In this time, I would like to talk about "choice". 

Image result for choice
Picture source: https://www.redefinedonline.org

Pilihan. Kata-kata yang udah ngga asing lagi di telinga kita. Wajar aja, sejak kecil kita sudah dihadapkan dengan banyak banget pilihan. Misalnya, memilih warna baju, jenis sepatu, sampai makanan sehari-hari aja kita pasti punya beberapa opsi yang bakal kita putuskan mana yang akan menjadi pilihan kita. Manusia, termasuk kita (of course!) pasti dan mostly akan memilih yang terbaik. Walaupun ada yang namanya "second option" pasti kita akan cenderung menyukai "best option". Yeah, me too. Tetapi, seiring berjalannya waktu yang memakan usia kita, kita jadi paham bahwa terkadang pilihan-pilihan di depan mata ini seakan membuat kita terjebak oleh diri kita sendiri. Kita mulai kesulitan mencari "mana yang terbaik?". Bahkan hanya untuk memilih diantara dua pilihan saja kita terkadang bingung. 

Semakin kita tumbuh dewasa, pilihan-pilihan yang kita ambil pasti akan secara langsung/tidak berpengaruh terhadap hidup kita, terutama masa depan. Dulu, waktu kita masih duduk di sekolah dasar, pilihan yang kita punya masih sempit. Mungkin hanya seputar pakaian, mainan, tempat wisata, dan lain sebagainya. Namun, saat kita menginjak usia remaja, pilihan yang tersedia semakin kompleks. Mulai dari pilihan sekolah--madrasah/negeri/swasta/pondok--which one will we choose? Kemudian naik level menuju pendidikan lanjut--kuliah/kerja, dalam negeri/luar negeri, beasiswa/biaya sendiri? Hingga kita sampai pada suatu titik akhir menyelesaikan kewajiban pendidikan tinggi, sebut saja disini kuliah.

Pada saat kita masih menjadi murid sekolah menengah pertama, kuliah menjadi suatu fase yang kita anggap keren, contohnya "wah, nanti aku jadi anak kuliah asik pasti ya? ngga pake seragam, bebas ngga sama ibu ayah, uang saku naik berkali-kali lipat". I believe, either you or me have already through that stage. Setelah menyelesaikan kuliah, terus what's next? Nah, di tahapan inilah biasanya kegamangan terbesar dalam hidup seorang anak muda dimulai (wkk). Aku pun juga pernah mengalami hal yang sama, terlebih pas semester 7, semester dimana aku udah mulai ngerancang rencana penelitian untuk memulai skripsi. Tujuan di depan mata saat itu hanyalah "gimana caranya gue bisa nyelesaiin kuliah tepat waktu, ngga nambah UKT, dan cepet wisuda". Ya, itu extremely short-term plan sih waktu itu, walaupun memang aku sudah ada gambaran ke depan gimana, tapi bener-bener masih samar karena aku harus fokus menyelesaikan kuliah. 

Long story short, kuliah selesai on time, wisuda udah, kemudian? Satu PR besar yang harus diselesaikan adalah "abis ini mau kemana?". Mau kerja di perusahaan atau daftar CPNS? Atau melanjutkan pendidikan ke jenjang Master? Atau bahkan membuka bisnis sendiri? Ratusan bahkan ribuan pilihan mungkin terbentang jelas di depan mata kita yang udah siap sedia menanti penjemputnya. Tapi apa kita udah bener-bener tau dan yakin dengan pilihan kita? Atau bahkan kita ngga tau setelah ini mau ngapain?

 (INTERMEZO)

Waktu kita lulus, seminggu masih berasa bahagianya. Tapi sebulan? Udah lain cerita. Mulai muncul rasa gelisah, panik, dan sedih ketika ada beberapa teman yang sudah dapat pekerjaan sesuai dengan bidangnya, bahkan ada juga yang sudah menikah. Sementara kita kok masih disini aja? Kok seperti tidak ada progress ya? Banyaaaaaaaaak banget yang merasakan hal demikian, termasuk aku. Saat-saat seperti ini biasanya fokus kita mulai bias terhadap pilihan yang sudah kita rencanakan karena terkecoh oleh kesuksesan teman-teman kita. Aku pun begitu. Awalnya sudah sangat matang untuk mengambil master program, mengetahui salah satu sahabat diterima di salah satu perusahaan ternama di posisi yang passion banget! Aku mulai tertarik. Sampai-sampai saat itu aku men-download aplikasi job seeker yang memudahkan aku untuk mengetahui berbagai lowongan pekerjaan yang ditawarkan. Aku lupa pada rencana dan pilihan yang sudah aku buat sendiri.

"Balik lagi ke awal, pilihan mana sih yang sebenernya pengen kamu ambil? Kamu mengambil pilihan tersebut karena memang dari hati atau hanya ikut-ikutan trend?"


For example, buat mereka yang suka berwirausaha, ngga suka diperintah-perintah orang lain, dibelenggu oleh setumpuk aturan strict yang dibuat oleh perusahaan tentu akan lebih cocok menjadi seorang pengusaha/wiraswasta. Mereka bisa menentukan sendiri planning dari awal sampai akhir dan pastinya bisa mengambil "jatah libur" sesuka hati. Namun demikian, resikonya juga challenging nih. Pengusaha-pengusaha muda ditantang untuk memiliki mental baja yang super tahan banting. Biasanya di awal-awal bisnis (I experienced it too!), ada aja yang namanya bingung menentukan target pasar, rugi, sampai-sampai ditipu dan berujung bisnisnya agak mundur. Only those who are tough enough can survive in this type of job. Mengetahui dan menimbang segala obstacles yang ada di depan nanti menjadi penting untuk mempersiapkan diri supaya tidak terlalu kaget jika angan-angan tidak berbanding lurus dengan kenyataan. Disisi lain, beberapa memilih untuk menjadi karyawan atau pegawai negeri sipil. It does not matter at all. Buat mereka yang suka dengan kepastian, terbiasa hidup dengan aturan, dan ingin mencoba pengalaman kerja bisa jadi akan memilih menjadi karyawan/PNS. Ada juga seorang teman yang memilih bekerja untuk menambah pengalamannya ketika nanti dia menjadi dosen. Tujuan awalnya menjadi dosen tetapi dia pengen menjadi dosen sekaligus praktisi, keren kan? Belajar dari pengalamannya yang mendapat wawasan minim terkait dunia kerja, dia pengen jadi seorang pengajar yang bisa memberikan insights kepada mahasiswanya nanti terkait dunia kerja dan dunia perkuliahan sekaligus. Menarik buat dicoba kan? But, sekali lagi, banyak juga yang harus dikorbankan. Bekerja pasti menyita banyak waktu, pikiran, dan tenaga. Usia habis di jalan karena macet, tenaga terkuras dari pagi hingga petang, dan berpotensi pula kehilangan "goal" di awal jika kasusnya seperti teman tadi. Yang terpenting adalah kita disiplin pada rencana-rencana awal kita dan pilihan yang kita buat, termasuk di dalamnya menerima resiko yang ada. Setelah itu, kita baru bisa memulai untuk membuat pilihan-pilihan solusi untuk rencana kita ke depannya.

"Dari tadi bahas kerja mulu ya? Wk. Terus yang mau lanjut S2 gimana?"


Buat yang mau lanjut S2 (like me!), pasti banyaaaaaaaaaaaaaaak dilemanya. Why I say so? Yang pertama, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak teman-teman kita yang sudah tidak dapat financial support dari orang tua karena udah bisa menanggungnya sendiri, while kita masih dibantu (walaupun ngga semua case begini ya). Kedua, kita harus menunda selama dua tahun ke depan untuk bisa bener-bener nyari duit sendiri (terlepas beasiswa ya ini). Ketiga, apalagi buat perempuan nih, stigma masyarakat yang membuat beban semakin berat ketika selalu dikaitkan dengan masalah pernikahan. Aku selalu gemas dengan pernyataan-pernyataan seperti "nanti nikahnya ketuaan, nanti gaada yang mau karena pendidikannya ketinggian". Like, hello people? It's 2019 btw! I assure you, ngga ada yang salah dengan melanjutkan pendidikan, menuntut ilmu yang lebih tinggi, it's completely normal. Melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi dipilih pun pasti ada tujuannya. For instance, pengen ngelanjutin jadi dosen yang memang harus S2 dulu, pengen jadi peneliti, pengen jadi professor, pengen nambah pengalaman plus memperluas networks, dan pengen mencari ilmu yang banyak supaya bisa bermanfaat dan diaplikasikan untuk khalayak luas. As long as kita bener-bener menekuni apa yang kita suka dan mantep dengan pilihan kita dengan segala plus minusnya, maju terus pantang mundur. OK.


CLOSING~

Sebuah pilihan tidak akan pernah bisa dibandingkan satu dengan yang lain, karena masing-masing dipilih berdasarkan sudut pandangnya dan nilai yang dianut. Semua pilihan yang terhampar tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Itu tugas kita dalam memandang dari sisi mana kita menilai suatu pilihan itu akan memberikan efek yang positif atau negatif dalam hidup kita. Mencintai adalah koentji. Ketika kita mencintai pilihan-pilihan yang kita buat, hati kita akan seirama untuk melakukannya dengan tulus dan ikhlas.

Buat teman-teman yang sekarang ada di fase bingung menentukan arah, mau kemana melanjutkan langkah kaki ini, aku sarankan untuk pelan-pelan coba menentukan. Bisa dengan bantuan time table, short-plan, atau membuat rencana-rencana masa depan di microsoft excel. Aku juga melakukan hal yang sama. Tujuannya sih supaya kita bisa lebih bisa mengarahkan diri ini kepada tujuan-tujuan awal kita dan otomatis kita juga bisa lebih melihat banyak pilihan yang tersedia. Selain itu, bisa banget teman-teman berkumpul/diskusi dengan mereka yang punya pilihan-pilihan yang sama. It works lho. Aku juga sekarang "mencemplungkan" diri ke banyak group-group beasiswa, kumpul sama teman-teman yang satu visi, itu bisa banget membantu kita untuk ngga keluar jalur atau ngasih suntikan semangat lagi buat yakin sama pilihan kita.
 

Semoga bermanfaat. See you!

Regards,


Casilda.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

The Story of Abu Bakar Ash-Siddiq (Part 1)

Assalamualaikum. Salam untuk semua saudara muslim dan muslimahku sekalian. Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini saya bisa bertemu lagi dan diberi kesempatan oleh Allah untuk menulis sekaligus menebar ilmu dan kebaikan melalui blog ini. Pada pagi hari 21 Januari 2015 yang sedikit mendung ini, saya akan membahas tentang sahabat-sahabat Rasulullah Muhammad SAW. Untuk mengawalinya, saya akan membahas sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah sekaligus khalifah pertama pengganti beliau, yaitu Abu Bakar Ash-Siddiq (semoga Allah selalu merahmati beliau). Langsung saja kita simak kisahnya. Semoga menginspirasi! Biografi Abu Bakar Ash-Siddiq Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang paling awal memeluk Islam sebagai agamanya, sehingga beliau termasuk ke dalam orang-orang yang dijuluki assabiqunal awwalun . Selain itu, beliau juga merupakan salah satu dari empat khalifah yang diberi gelar khulafaur rasyidin (khalifah yang diberi petunjuk) yang dibaiat/ditunjuk oleh umat Islam sebagai