Terdorong oleh waktu
Mereka berlarian menembus hamparan embun
Menyeruak dari celah celah kesempatan
Cahaya mentari yang mulai mengintip melalui lorong-lorong asa
Dentang-dentang jarum terdengar menggetarkan jiwa
Tatkala sengatan mulai berapi
Kemudian esok badan itu
Mulai berdiri tegak kokoh bagai dinding besi kuat tak berkarat
Cakrawala senja terhampar dilangit
Merah merona dari cahaya sang surya yang mulai menenggelamkan diri
Mereka datang dan kembali kedalam sarang
Meletakkan sejuta peluh dan teriakan jiwa
Aku menerka "Inikah bahagia?"
Bergumam dalam sepi dan tak seorangpun menyadari
Waktu itupun meronta, sungguh kejam
Jarum bergeser mulai mecambuk detik
Kearah depanlah mereka menuju
Anak kecil dan wanita yang menunggu
Terkadang terabaikan oleh kumpulan huruf-huruf diatas kertas
Tak kuasa menunggu malam
Hingga lelap menggelitik mata
Secercah harap untuk perhatian pun, bagaikan sebuah kerinduan
Kelabu, fatamorgana hidup
Sejenak mengais buih-buih dan detak nadi
Jeritan hati pilu yang terdengar
Mereka tak sadar
Dia berikan, namun tak kau bayangkan
Kertas perak tak bergeming dalam genggaman lengan legam
Lusuh, layu dalam angan
Tatapan dua bola mata yang manis penuh kasih
Namun hitam putih itu tertetes oleh mutiara perih
Seperti itukah filosofi bahagiamu?
Sadarkah? Ini kamuflase belaka
Mereka berlarian menembus hamparan embun
Menyeruak dari celah celah kesempatan
Cahaya mentari yang mulai mengintip melalui lorong-lorong asa
Dentang-dentang jarum terdengar menggetarkan jiwa
Tatkala sengatan mulai berapi
Kemudian esok badan itu
Mulai berdiri tegak kokoh bagai dinding besi kuat tak berkarat
Cakrawala senja terhampar dilangit
Merah merona dari cahaya sang surya yang mulai menenggelamkan diri
Mereka datang dan kembali kedalam sarang
Meletakkan sejuta peluh dan teriakan jiwa
Aku menerka "Inikah bahagia?"
Bergumam dalam sepi dan tak seorangpun menyadari
Waktu itupun meronta, sungguh kejam
Jarum bergeser mulai mecambuk detik
Kearah depanlah mereka menuju
Anak kecil dan wanita yang menunggu
Terkadang terabaikan oleh kumpulan huruf-huruf diatas kertas
Tak kuasa menunggu malam
Hingga lelap menggelitik mata
Secercah harap untuk perhatian pun, bagaikan sebuah kerinduan
Kelabu, fatamorgana hidup
Sejenak mengais buih-buih dan detak nadi
Jeritan hati pilu yang terdengar
Mereka tak sadar
Dia berikan, namun tak kau bayangkan
Kertas perak tak bergeming dalam genggaman lengan legam
Lusuh, layu dalam angan
Tatapan dua bola mata yang manis penuh kasih
Namun hitam putih itu tertetes oleh mutiara perih
Seperti itukah filosofi bahagiamu?
Sadarkah? Ini kamuflase belaka
By : Casilda Aulia R.
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting