Langsung ke konten utama

Is the Qur'an God's word? (Part 1)

Assalamu'alaikum saudara muslim dan muslimahku sekalian. Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk menulis dan berbagi ilmu melalui blog pribadi saya. Topik yang saya angkat kali ini masih berkaitan dengan Al-Qur'an. Saya mengangkat topik ini karena sekitar dua hari yang lalu, saya mendapat kuliah agama tentang pembuktian apakah Al-Qur'an memang benar-benar berisi firman-firman langsung dari Tuhan atau hanya tulisan karangan dari Rasulullah Muhammad SAW. Banyak kaum muslim sendiri belum mengetahui apa bukti konkret yang dapat diberikan untuk membuktikan bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah swt. Kaum non-muslim pun banyak yang mengajukan pertanyaan tentang Al-Qur'an. Mereka beranggapan bahwa tulisan-tulisan arab di Al-Qur'an adalah karangan dari Rasulullah. Untuk meluruskan anggapan yang salah ini, langsung saja saya masuk ke topik diskusi kali ini. "Is the Quran God's word?"



Al-Quran as a Guide of Life

Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril as. Namun, Al-Qur'an bukan hanya diperuntukkan untuk umat muslim saja, melainkan untuk seluruh manusia di dunia ini Hal ini tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur'an Surat Al-Baqarah (2) : 185 yang artinya :


"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."

Ayat dalam Surat Al-Baqarah ini dengan jelas menyatakan bahwa Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Qur'an adalah pedoman hidup agar kita bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar sesuai dengan apa yang telah dikodratkan dan dituliskan dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diperoleh Rasulullah Muhammad SAW. Al-Qur'an juga merupakan satu-satunya mukjizat yang masih bisa dilihat hingga sekarang.

 Why the Qur'an was Revealed in Stages?


Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun. Mungkin banyak diantara kita yang bertanya : "Mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan langsung saja? Mengapa harus bertahap-tahap?". Jawabannya adalah sebagai berikut :

1. Pengokohan hati Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla pada surat Al-Furqan : ayat 32—33 :

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”

2. Memberi kemudahan bagi manusia untuk menghafal, memahami serta mengamalkannya, karena Al-Quran dibacakan kepadanya secara bertahap. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat Al-Isra` : 106 :

“Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”

3. Penetapan syariat secara bertahap sampai kepada tingkatan yang sempurna.
Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat yang menjelaskan tentang khamr, dimana mana manusia pada masa itu hidup dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga sulit jika mereka diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total.
  1. Maka untuk pertama kali turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu, surat Al-Baqarah : 219) yang menerangkan keadaan khamr. Ayat ini membentuk kesiapan jiwa-jiwa manusia untuk pada akhirnya mau menerima pengharaman khamr, di mana akal menuntut untuk tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang dosanya lebih besar daripada manfaatnya.
    “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa’atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
  2. Kemudian yang kedua turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat An-Nisaa` : 43). dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membiasakan meninggalkan khamr pada keadaan-keadaan tertentu yaitu waktu shalat.
    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.”
  3. Kemudian tahap ketiga turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat Al-Ma'idah : 90–92). Dalam ayat tersebut terdapat larangan meminum khamr dalam semua keadaan, hal itu sempurna setelah melalui tahap pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia, kemudian diperintah untuk membiasakan diri meninggalkan khamr pada keadaan tertentu.
    “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (dikutip dari muslimah.or.id)
 

 What is the prove that the Qur'an is God's word?

Lantas, apa bukti bahwa Al-Qur'an berisi firman-firman Tuhan? Mari kita simak!

Bukti pertama - Sastra/Gaya Bahasa Sempurna Al-Qur'an

Al-Qur'an dikenal memiliki gaya bahasa yang sangat sempurna. Di dalamnya terdapat keharmonisan dalam pemilihan kata dan maknanya. Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, seperti yang tercantum dalam surat Yunus : 2, artinya :
kami turunkan Al-Qur`an dalam bahasa Arab, agar kalian pikirkan”
Mungkin, banyak yang akan bertanya : "Mengapa Al-Qur'an diturunkan menggunakan bahasa Arab, tidak dengan bahasa yang lain?". Jawabannya adalah kelompok sasaran dakwah Rasulullah SAW saat itu adalah orang-orang arab, sehingga mereka akan lebih memahami dakwah-dakwah dari Rasulullah. Alasan penting lainya adalah mempertimbangkan sasaran dari pesan tersebut. Pesan yang baik tentunya disampaikan dalam bahasa yang dapat dipahami oleh sasaran yang pertama kali mendengarkan pesan tersebut, yaitu penduduk mekah dan sekelilingnya. 

Orang-orang arab pun mengakui gaya bahasa Al-Qur'an itu indah dan unik. Ia bukan syair, pantun, ataupun lagu namun apabila dibaca/dilantukan akan sangat indah bahkan melebihi syair, pantun dll. Al-Qur'an dijadikan pedoman tata bahasa arab saat ini karena kesempurnaan gaya bahasa yang ada didalamnya. Bahkan menurut cendikiawan Inggris, Marmaduke Pickhal dalam The Meaning Glorious Qur`an, Picklah berkata : “Al-Qur`an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya sehingga setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”.

Alkisah pada zaman Rasulullah dulu, ada seorang yang ingin menandingi ayat-ayat Al-Quran. Ialah Musailamah Al Kadzab. Musailamah Al Kadzab adalah seorang nabi palsu. Ia mendakwahkan dirinya jadi nabi. Ia berusaha untuk menandingi Al Qur’an, padahal mustahil bagi manusia dapat membuat susunan yang serupa dengan Al Qur’an yang dapat menandinginya. Keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya tidak ada tara bandingannya. Al Qur’an adalah mukjizat yang terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. 

Di dalam Al Qur’an sendiri memang terdapat ayat-ayat yang menantang setiap orang dan mengatakan, kendatipun berkumpul jin dan manusia untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an, mereka tidak akan dapat membuatnya, sebagaimana Firman Allah SWT :

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk mengatakan yang serupa Al Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat membuatnya, biarpun sebagian mereka membantu sebagian (yang lain).” (QS Al Isra’ : 88).
 
Musailamah Al Kadzab nabi palsu itu membuat gubahan untuk menandingi Al Qur’an. Kata-kata Musailamah Al Kadzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al Qur’an contohnya adalah:
Artinya: Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.

Seorang sastrawan Arab yang ternama yaitu Al Jahiz memberikan penilaian gubahan Musailamah Al Kadzab ini dalam bukunya yang bernama “Al Hayawan“ sebagai berikut: "Saya tidak mngerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu, Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al Qur’an itu kepadanya sebagai wahyu."
Musailamah Al Kadzab menemui kegagalan dalam menandingi Al Qur’an. Ia bahkan mendapat cemoohan dan hinaan dari masyarakat. Musailamah Al Kadzab yang mengaku sebagai nabi ini akhirnya ditumpas maka terjadilah pertempuran Yamamah pada tahun 12 Hijriyah, yaitu pertempuran antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Kalid abi Walid melawan pasukan Musailamah Al Kadzab. Dengan pertempuran ini pasukan Islam dapat menumpas pasukan Musailamah Al Kadzab. Akhirnya Musailamah Al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi. (Dikutip dari sejarah.kompasiana.com)

Al-Qur'an diturunkan dengan kesempurnaan yang mustahil bagi manusia untuk meniru-niru membuat ayat-ayat yang serupa dengannya. Jadi, sudah pasti dusta apabila ada orang yang mengaku bisa menandingi ayat-ayat Al-Qur'an. Maha Benar Allah atas segala firman-Nya.
In shaa Allah saya akan melanjutkan artikel ini lagi di lain kesempatan. Semoga apa yang saya tulis bermanfaat dan menjadikan iman kita lebih kuat lagi. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ataupun penafsiran. Manusia adalah tempat salah, hanya Allah yang Maha Sempurna. Terimakasih. Wassalamu'alaikum.

Penulis : Casilda Aulia Rakhmadina

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Ilmu dan Teknologi Pangan (Food Science and Technology)

Assalamualaikum wr. wb. Hai bloggies! Ketemu lagi dengan saya di malam nan sendu dan syahdu habis ujan yang baru aja berhenti hehe. Nah, kali ini saya bakalan share sedikit nih tentang jurusan kuliah saya. Yap, Teknologi Hasil Pertanian program studi Ilmu dan Teknologi Pangan atau bahasa kerennya Food Science and Technology. Di tulisan ini, In shaa Allah saya akan share mengenai apa aja yang dipelajari di program studi ini, prospek ke depannya bagaimana, title yang didapat nanti apa dan masih banyak lagi. Saya niatin bikin tulisan ini udah lama banget tapi baru kesampaian sekarang karena alhamdulillah program studi ini peminatnya tiap tahun terus meningkat dan dicari! Wah, mantab kan? Yuk langsung aja kita bedah, Ilmu dan Teknologi Pangan! What is Food Science and Technology? Ilmu dan Teknologi Pangan atau dikenal dengan istilah Food Science and Technology mempunyai dua pengertian yang berbeda. Food science atau ilmu pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi fisik

Arti Nama *CASILDA* dalam SEJARAH ISLAM :)

Dia adalah Casilda, seorang gadis cantik tawanan gerombolan kaum muslimin. Katakanlah bahwa yang menawan Casilda adalah sebuah gerombolan. Sebab mereka terdiri dari anak-anak muda muslim yang mengalami nasib yang sama. Sama-sama diperlakukan sadis oleh orang Spanyol. Keluarga mereka habis dibantai. Desa mereka dibakar. Terbayang kembali dalam memori pemuda berusia dua puluh tahun yang bernama Ja’far. Desanya yang terletak di ketinggian gunung itu sebelum diserang oleh orang-orang Spanyol, merupakan  desa aman dan tentram. Ketentraman ini membuat desa-desa lain di sekitarnya merasa iri hati. Ketenangan desa dicapai melalui sebuah perjanjian antara pihak Spanyol dengan penduduk desa. Bahwa tentara Spanyol tidak akan mengusik ketenangan desa yang penduduknya semua muslim. Imbalannya ialah dengan menyerahkan upeti dalam jumlah yang sangat besar. Tetapi dasar Spanyol. Beberapa tentaranya haus darah. Mereka menyerang desa Santa Gumara yang dekat dengan Saragosa itu. Semua

Sajak : Diam Lebih Baik (Silent is better)

Amarah yang datang menghampiri Terkadang membuatku diperdaya Panas membara didalam dada Ah.. serasa semua terkena imbasnya Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, hanya diamlah cara terbaik meredam amarah Saat aku mendapati beribu kekecewaan Seakan hati ini tak kuat bertahan Ingin rasanya berteriak sekencang yang aku bisa Menyalahkan takdir yang diberikan Sang Kuasa Tapi aku lebih memilih diam Karena aku tahu, jika aku terlalu banyak membicarakan kekecewaan itu Maka ia akan semakin membakar hatiku Ketika aku bersedih Aku hanya bisa menahan Mencoba meredamnya lebih dalam Bahkan airmata yang telah menetespun, aku seka Dan sekali lagi Aku lebih memilih diam Karena aku tidak ingin membagi kesedihanku kepada orang lain Cukuplah aku dan Allah yang tahu Mungkin ini adalah salah satu hal yang sulit Mencintai seseorang dalam diam Diam-diam mendoakannya dalam malam Tak luput menyebut namanya didalam setiap doa yang terpenjat Kenapa lebih memilih diam? Karena aku